Referendum ala Rusia
mbah subowo
Rusia menyerang wilayah bekas Soviet Uni, a.l Crimea lantas mengadakan referendum dan menang. Apa mungkin dilakukan di luar mantan wilayah Soviet Uni? Tentu aneh andai Rusia menyerang Finlandia dan memenangkan sebagian wilayah yang diserang tersebut, selanjutnya mengadakan referendum berupa: Pilih Rusia atau ......
Rusia hanya bisa melakukan ini: pro-separatis, serang, kuasai, dan referendum hanya di wilayah bekas kekaisaran Soviet Uni. Di luar wilayah "mantan" tentu tidak, bukan? Faktanya itu semua dianggap "nyeleneh" oleh komunitas internasional cq Nato/AS. Rusia tidak peduli, baginya keamanan Rusia lebih penting dari segalanya, juga tidak lebih penting dari tidak mendapat kecaman dunia internasional.
Misalnya wilayah Asia Tenggara membikin kerukunan antarnegara bernama "Asean" itu dilakukan dengan sukarela. Rusia dengan CIS-nya bisa akur dengan wilayah mantan Soviet Uni lainnya a.l. Tajik, Kazhak, Armenia, Uzbek, Kirgis, dan sebagainya. Mengapa Ukraina tidak bisa akur dengan tetangga Rusia, dan memilih sanding sahabat Uni Eropa? Ukraina memang memiliki modal lebih dibanding sekutu Rusia lainnya. Lebih dekat wilayah Eropa: Turki, Polandia, dan sebagainya. Ukraina memiliki modal pelabuhan Laut Hitam, Odessa, dan menghasilkan berbagai produk industri besi-baja, dan penghasil produk pertanian berupa biji-bijian bahan pangan, a.l. gandum dalam jumlah besar.
Ukraina pokoknya bisa mandiri dibanding republik-republik lainnya mantan Sovyet Uni. Itulah yang bikin pede Ukraina mengarahkan kiblatnya ke Eropa Barat cq Nato. Dari pihak Barat yang mensyaratkan, "berkawan dengan kami atau menjadi musuh kami" dengan sendirinya Ukraina harus memusuhi Rusia.
Rusia yang sebelum 2014 hanya memiliki akses wilayah sewaan bagi pangkalan armada Laut Hitam-nya di Crimea, masih akur didukung mantan presiden Ukraina terdahulu. Maraknya Zelensky yang oleh Rusia disebut menang "kudeta", maka Armada Laut Hitam Rusia terancam terusir dari wilayah Crimea, apalagi Zelensky diprediksi punya ancang-ancang membatalkan sewa wilayah Crimea bagi Armada Rusia, dan bahkan menjadikan Crimea bisa jadi sebagai pangkalan Nato. Rusia bertindak cepat mendahului dua langkah sebelum semua hal yang disebutkan di atas bakal terjadi agar terhindar dari ancaman besar bagi keamanan wilayah Rusia.
Sama seperti Tiongkok yang mengklaim sembilan garis putus (Nine dash line) di Laut Natuna Utara, Rusia juga ingin mengontrol wilayah sekitaran Laut Hitam, mulai dari wilayah Rusia Rostov on Don, hingga semenanjung Krimea.
Rusia hanya membutuhkan sekeliling Laut Azov a.l. Mariupol, Kherson, hingga menyambung ke semenanjung crimea, sedangkan wilayah pedalaman Ukraina termasuk ibu kota Kyiv tidak diinginkan sama sekali oleh Rusia. Sekali lagi Rusia hanya butuh jaminan keamanan berupa pangkalan militer bagi Armada Laut Hitam di wilayah pesisir di Laut Hitam hingga Laut Azov.
Sekian untuk sekali ini.
*****
Updated at: