The Prophecies of Satria Piningit and Ratu Adil

Divination Joyoboyo "Satria Piningit--Sabdo Palon"

mbah subowo bin sukaris

Post-goro-goro big hit the planet (among other things: end of the earth, the great war, world war, the attacks fall of celestial bodies, natural disasters constantly) and the recovery of the universe the earth like a normal human being to be normal again, the ratu adil aka Satria Piningit aka Satrio pinanditho sinisihan revelation was accompanied by the latest incarnation or reincarnation Sabdo Palon would appear to lead the glory and the earth south of the archipelago with a population of people of color. While the white and yellow-skinned people are not into his affairs. Similarly, when greeting Sabdo Palon first appeared after disappearing for five hundred years since the collapse of Majapahit.
     According forecast Joyoboyo tangent emergence "ratu adil" aka Satria Piningit and also appropriate greeting Palon Sabdo above its two prominent leader of the archipelago is a single bi-complementary to each other and not contradict each other. Task or role is to hold Sabdo Palon a "fit and propher test" against Satria Piningit. Since the first appeared Sabdo Palon already provides the empty throne chair, and anyone who could sit on it then he would be appointed as king. As an illustration of the modern state structure Sabdo Palon will act as a "judicial" and "legislative", Satria Piningit reign "executive".
     Sabdo Palon indeed have emerged but the Satria Piningit not yet exist or have not advanced to the front Sabdo Palon. Why? Satria Piningit not received a divine revelation or supernatural revelation "pulung keprabon" because it had not arrived at the right time. When and where the existence and potential Satria Piningit and Sabdo Palon have not been found as long as they do not arise because of large or large-goro goro has not happened. In Karl Marx's and V.I. Lenin theory of revolutionary leader, "the leadership will come when all the people were ready to bring about a revolution." The leader of the revolution will not announce when to start a revolution, it is the people who feel their lives too miserable and no longer trust the state. That's when a leader comes forth to the front to lead the people that have been mature about to evolve.
      Here are the verses that describe the emergence of Satria Piningit that were raised by the King Sri Aji Joyoboyo from Kediri in the eleventh century AD:

selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa

Later towards the closing years sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. It would appear that the gods down to earth a human form (Satria Piningit).

****

Ramalan Joyo Boyo "Satrio Piningit"


Pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, badai matahari, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka tatkala itulah akan tampil ke depan memimpin rakyat Nusantara: sang Ratu Adil sejati atau yang lebih populer ngepop disebut "satrio piningit", "satria piningit", ataupun "satrio pinandito sinisihan wahyu". Sang pemimpin yang memang adil bijaksana ini akan didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon yang berwujud dalam wadag/tubuh seorang manusia dan bukan dalam wujud sebagai makhluk halus, mereka berdua dan bersama bahu-membahu tampil guna memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian garis besar ucapan langsung dan asli Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit. Sebagai catatan: Sabdo Palon limaratus tahun yang silam merupakan tokoh penasihat prabu Brawijaya. Sedangkan Sabdo Palon pada era 70-an ini seorang rakyat biasa yang menjadi guru spiritual bagi kalangan terbatas akibat blokade Orde Baru.
     Sesuai ramalan Joyoboyo bersinggungan munculnya sang Ratu Adil atau yang populer disebut "satria piningit" atau "satrio piningit" dan juga sesuai menurut uga wangsit Prabu Siliwangi  tentang pendamping Ratu Adil ("Satrio Piningit") yakni pemuda berjanggut, dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap "Ratu Adil" cq satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon pada era 70-an sudah menyediakan kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atas singgasana kosong itu maka dialah yang layak diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus "legislatif", Satrio Piningit (yang dimaksud di sini adalah Ratu Adil) memegang tampuk pemerintahan "eksekutif".
     Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Ratu Adil "Satrio Piningit" belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Ratu Adil "Satrio Piningit" belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon (yang tengah menghilang kembali) dan calon Ratu Adil "Satrio Piningit" memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "seorang pemimpin akan selalu muncul dengan sendirinya tatkala segenap rakyat sudah siap dan matang untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya penuh derita tiada akhir dan negara keterlaluan tetap membiarkan mereka, yakni tak peduli pada keadaan yang menyengsarakan bagi rakyat, sehingga pada akhirnya rakyat tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin bakal tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak mengadakan revolusi.
     Berikut ini bait-bait yang menggambarkan kemunculan Ratu Adil "satrio piningit" yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dari Kediri pada abad keduabelas masehi (1100-an):

selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa

Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu 
(1988 Saka atau 2066 Masehi). Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (Ratu Adil yang secara populer disebut "Satrio Piningit").
****


Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu vs Satria Piningit 



Sri Aji Joyoboyo predict a leader of the archipelago's next for centuries awaited by the people who expected his dream of just and prosperous life into reality. And it can happen only with the presence of the leader or leaders called the "Ratu Adil" who ruled the country with a fair and wise as you wish the people at large. Of that scholars Dutch East Indies have been formulated and considered "Ratu Adil" is just a myth and is a cultural statement that is always hereditary recalled at any time by the common people who are not getting prosperity and justice from their own country.
     The Dutch scholar who is an expert on cultural issues the Dutch East Indies were already supposed to be of the opinion that the Ratu Adil is a myth with a reason that only the Dutch and the Dutch East Indies government itself is absolute and is entitled to become the Ratu Adil. While indigenous leaders should not be a chance to again have a leader and the country itself as the "Ratu Adil" for the people of the archipelago.
     Joyoboyo predictions about the figure Satria Piningit or Ratu Adil was truly extraordinary and occur only in exceptional times, and it seems it could only happen dozens or hundreds of years later in the future. However, "Ratu Adil" Joyoboyo that do not necessarily lead to the figure of a leader. Ratu Adil it could mean the archipelago republic system of government, who have written laws, and regulations are perfectly constitutional. And of course the perfect archipelago country with any government system that for example: the socialist democratic system, the Pancasila, or any system that would become "Ratu Adil" if you really run properly, fairly and wisely -- in accordance with the intent and purpose establishment of the state embodied in the constitution and various regulatory enhancements.
     If Joyoboyo predicted Ratu Adil as a state system, then the heir Joyoboyo Ronggowarsito further predict direct person Nusantara leader who led the country as many as seven Satria Piningit. Six Satria Piningit been successively ruled, so the remaining one seventh the Satria Piningit "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu".
     Satria Piningit Joyoboyo will only appear in a state of emergency "war" in the archipelago. While Satria Piningit seventh Ronggowarsito can appear at any time without waiting for changes in age or any emergency. Anyone who appears to lead as "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu" in the next few years will change the country profanity archipelago that became the state "Ratu Adil" becomes really manifest justice and prosperity for their people. And of course Satria Piningit is able to act decisively to punish those who suffering to the people.
****
Satrio Piningit vs Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu


Pada abad kesebelas Sri Aji Joyoboyo meramalkan seorang pemimpin Nusantara terbijak (Ratu Adil) yang selanjutnya selama berabad ditunggu oleh rakyat yang mengharapkan mimpinya tentang kehidupan adil makmur menjadi kenyataan. Harapan munculnya sang ratu adil semakin menjadi-jadi, terutama sejak bangsa Barat memerintah wilayah Nusantara yang menyengsarakan Pribumi. Mimpi rakyat selama berabad itu akan terwujud hanya dengan hadirnya sang pemimpin atau tokoh yang disebut "Ratu Adil" yang memerintah negeri dengan adil dan bijaksana sesuai keinginan rakyat banyak. Menanggapi sosok Ratu Adil itu tidak kurang dilakukan studi oleh para sarjana totok  Belanda yang ahli mengenai pribumi Hindia-Belanda, dan mereka telah merumuskan, menganggap, dan menyimpulkan secara ilmiah bahwa "Ratu Adil" itu cuma mitos dan merupakan suatu statemen budaya yang turun-temurun yang selalu dimunculkan kembali kapan saja oleh rakyat jelata yang merasa tidak mendapatkan kemakmuran dan keadilan dari negara mereka sendiri.
       Para sarjana Belanda yang ahli mengenai masalah budaya Hindia-Belanda itu sudah seharusnya berpendapat demikian, bahwa ratu adil hanyalah mitos belaka tentu bukan tanpa alasan tersembunyi. Dan satu-satunya alasan paling kuat ialah bahwa cuma bangsa Belanda dan pemerintah Hindia-Belanda sendiri yang mutlak dan berhak menjadi atau menyandangkan gelar bagi dirinya sendiri sebagai sang Ratu Adil. Sedangkan pemimpin pribumi dengan kerajaan Pribumi tidak boleh berkesempatan lagi memiliki pemimpin dan negara sendiri sebagai "Ratu Adil" bagi rakyat Nusantara.
       Ramalan Joyoboyo mengenai sosok satria piningit atau satrio piningit yang dimaksud di sini adalah ratu adil itu sungguh luar biasa dan hanya terjadi di jaman yang luar biasa, dan rasanya itu hanya bisa terjadi puluhan atau ratusan tahun kelak di masa depan, akan tetapi bisa juga dapat terjadi dalam waktu dekat asalkan memenuhi syarat sejarahnya. Di samping itu juga dengan dasar perkembangan sejarah maka ratu adil Joyoboyo itu tidak harus berarti mengarah pada sosok seorang manusia pemimpin. Ratu Adil itu bisa saja berarti sistem pemerintahan republik Nusantara, yang memiliki hukum tertulis, dan peraturan-peraturan ketatanegaraan yang sempurna. Dan tentu saja negara Nusantara yang demikian sempurna dengan sistem pemerintahan apapun itu misalnya: sistem sosialis kerakyatan, sistem pancasila, atau sistem apapun yang akan menjadi "Ratu Adil" jika para pemimpinnya benar-benar menjalankan negara dengan benar, adil, dan bijak -- sesuai dengan niat dan tujuan pendirian negara yang termaktub dalam undang-undang dasar dan berbagai peraturan tambahannya.
       Jika Joyoboyo meramalkan Ratu Adil sebagai sebuah sistem kenegaraan di samping sosok pemimpin luar biasa di masa depan, maka Ronggowarsito sang pewaris Joyoboyo lebih jauh lagi meramalkan langsung person pemimpin Nusantara yang akan berturut-turut memimpin negara tersebut sebanyak tujuh Satrio Piningit. Enam satrio piningit telah berturut-turut memerintah, sehingga tersisa satu lagi yakni satrio piningit ketujuh "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu".
       "Satrio Piningit" Ratu Adil Joyoboyo hanya akan tampil dalam keadaan darurat "bencana besar, militer global, dan sebagainya" di Nusantara. Sedangkan Satrio piningit ketujuh Ronggowarsito "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu" dapat tampil kapan saja tanpa menunggu perubahan jaman atau keadaan darurat apapun. Siapapun yang tampil memimpin Nusantara dan sebagai "Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu" pada beberapa tahun mendatang sesuai dengan gelar yang disandangnya akan berupaya mengubah negara Nusantara yang carut-marut atau "cuma begini saja" menjadi negara "Ratu Adil" yakni benar-benar terwujud rasa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dan di samping itu juga tentu saja Satrio pinandito sinisihan wahyu tersebut seyogianya mampu bertindak tegas menghukum pihak yang merupakan sumbernya bagi yang menyengsarakan hidup rakyat termasuk merebut dominasi modal asing menjadi dominasi modal negara, dan juga menghukum mereka yang melakukan makar, tindakan subversif dengan motif ekonomi yakni mengkorup uang negara dan sebagainya yang berupa daftar panjang seterusnya. Singkatnya ialah Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu seyogianya menegakkan panji, "Asesanti Trisula Weda Joyoboyo" alias menegakkan panji, "Trisakti Bung Karno."
***



Satria Piningit and Ratu Adil Uga Wangsit Siliwangi


King Siliwangi who lived in the sixteenth century AD (1500s), the ruler of the land Pasundan, the great king of the Hindu kingdom of Sunda-Galuh, Pakuan-Pajajaran leave will be a forecast of future for their people. In the fifteenth century were white Europeans have managed to sail reached the archipelago. The rivalry between the Islamic empire with European nations that put Pajajaran the Hindu kingdom in a difficult position, aka both parties hostile enemy, King Siliwangi wise enough to choose to side with the Portuguese invasion in the face of Demak, Banten. Portuguese who were seeking a base for his fleet to welcome a helping Pajajaran friendship. Pajajaran an inland country which is very strong defense has been recognized by Mahapatih Gajahmada that it is very difficult to deal with large amounts of troops Pajajaran rely Majapahit navy. It is estimated it will take time and huge cost to deploy large amounts of Majapahit troops by sea coupled with a road trip that takes several days. And vice versa for Pajajaran who do not have the fleet was certainly never occurred to invade another territory by sea. The only option for Pajajaran always reinforce the ground troops for the preparation withstand enemy attack. War strategy implemented by King Siliwangi is consistent with the geographical and topographical land Pasundan the mountainous and largely consists of plateaus, cool air, supposedly famous for its people the most handsome and beautiful in Southeast Asia. Unsurprisingly, the most effective option strategies, and best performed by the Majapahit in an effort to expand its political influence in West Java is the way the royal marriage. But the attempt failed because in the final stages of implementation of the mission due to the war Bubat that killed bride following Pajajaran royal family who helped with it.
      King Siliwangi who ruled Pajajaran after the war Bubat, felt himself in the face of invasion of non-Hindu kingdom. Majapahit had collapsed a few decades before the throne of King Pakuan Pajajaran bloom. And with the collapse of the Majapahit kingdom of Demak, firing and Banten leads right to the royal capital of the Sundanese-Galuh. As the last bastion of the Hindu kingdom of Majapahit after, the King felt that the new siding historical destiny and destroy the old one. The collapse of the Hindu kingdom of the Islamic empire was replaced by the will of history.
      King Siliwangi promised someday in the future will always be present in the form of "marvelously fragrant perfume" in order to protect certain people that is a good-hearted. Pajajaran Pakuan royal palace located within a radius of several hundred meters from Batutulis, Bogor inscriptions on four winds of the people loyal to the King Siliwangi will spread itself has been given an idea of their future.
      North of the palace later described the arrival of the guests in a large number that always exasperated the inhabitants. Beginning with Governor-General of the Dutch East Indies that occupies the Bogor palace, until the President Sukarno who founded two palaces, the Palace Cipanas and Bogor Palace. Both come from the north, Jakarta. And now the residents of Jakarta are fairly well established is always directing his personal vehicle on vacation in Bogor, Puncak and made a traffic jam on a holiday, it is they who are called by King Siliwangi as a guest quite troublesome locals.
      From the east it Batutulis palace during the reign of Sultan Agung of Mataram in the sixteenth century came the order for the people Pajajaran to rally the troops to invade the center of Batavia was occupied by Dutch troops. Coupled with the invasion forces to stem the river carried though Ciliwung Dipati Ukur the chief representative of the soil Pasundan Mataram was not managed to expel the Dutch.
      Westward palace Pajajaran followers King Siliwangi who resigned to Lebak area was safe thanks to the discipline they maintain the mandala of the kingdom. They are strictly not use fire causes smoke easily detected the enemy from a distance. Baduy tribe which is a direct descendant of the people in the King Siliwangi of Pajajaran in to this day continue to wait for cues in the form of cries for help in the middle of the night came from the direction of the Mist Mountain, a sign of coming figure wise leader. Baduy tribes in deepest prohibit using modern equipment such as electricity, and motor vehicles, which they consider is the fire that's also (might give a clue of their position on the enemy).
     Toward south the direction of the selected King Siliwangi following people who follow it are just used as a base defense very well confound themselves with inhabiting the valleys and high plains. It has a capital base of the primary air is cool and very fertile soil in the period surrounding the sixties is the basis of Darul Islam, Islamic Army of Indonesia. And also the highest leadership of the Communist Party of Indonesia also made use of certain areas in West Java for the experiment as a base area of agriculture such as collective farming system in the Soviet Union and the People's Republic of China.
      Besides, since the sixties and the fertile mountainous area that has become the basis of the Islamic State of Indonesia, as well as the Ahmadiyya, and others. In the revolution forces who migrated to Central Java, Siliwangi mainstay Mohammad Hatta cabinet to storm the Communist forces and other troops who disagree Soekarno-Hatta government policy. In the 1965 conflict Siliwangi forces most loyal to the Bung Karno, in addition to a small supporting General Suharto's New Order. All that accumulated in the soil Pasundan not surprising because the natural forests and relatively more awake than in other areas in Central Java and East Java parts of severely damaged.
      Also from the South, according to King Siliwangi would later come and origin the Bocah Angon -- a writer of history -- is the Satria Piningit who knows the secret of the Ratu Adil. The Bocah Angon whose home on the edge of the river, and his three-story-high stone door on the second floor like a potted plant to maintain a tree handeuleum the efficacious cure hemorrhoids, red leaves an old heart. And one more tree Hanjuang. The Bocah Angon this will serve as victimizing, but he always managed to escape walking toward the west and disappeared with a full-faced another hair, and dressed all in black, and who had imprisoned by the government because it is considered as a security intruder. They both can "fight the ruling with a laugh" that's the truth Satria Piningit and companion who holds the secrets of Ratu Adil who would appear after the onset of natural disasters in the form of volcanic eruption seven plus a nearby mountain again in the south than the palace of King Siliwangi. With the advent of Ratu Adil, the glory of the fairly prosperous archipelago as desired and awaited for centuries by the common people will be accomplished. Similarly, the core will uga wangsit Siliwangi for all the people Pakuan Pajajaran especially and generally for all people of the Land Pasundan, Java Kulon.
       Bung Karno at the end of his reign to choose the Bogor palace (not far from the palace Pajajaran around Batutulis) and could give testament he wanted to be buried in the vicinity of Batutulis, Bogor, (under shady trees overlooking a beautiful valley and mountain) prefer him drown instead of sacrificing his people. King Siliwangi are interred in Rancamaya (with views of beautiful valleys and mountains) are also connected to each of three money prefer him sink with similar reasons. Bung Karno figure whose mother comes from the island of Dewata is also set forth in the uga wangsit Siliwangi. And of course by itself Bung Karno also know such things. Perhaps it is the reason he is in proving the truth of uga wangsit Siliwangi then choose Batutulis as his eternal resting place.
****
Satrio Piningit Uga Wangsit Siliwangi


Prabu Siliwangi yang hidup pada abad keenambelas masehi (1500-an), penguasa tanah Pasundan, raja besar kerajaan Hindu Sunda-Galuh, Pakuan-Pajajaran meninggalkan wasiat berupa ramalan masa depan bagi rakyatnya. Di abad keenambelas masehi (1500-an) itu bangsa Eropa kulit putih sudah berhasil berlayar mencapai wilayah Nusantara. Perseteruan antara kerajaan Islam dengan bangsa Eropa itu menempatkan kerajaan Pajajaran yang Hindu dalam posisi sulit, alias dimusuhi keduabelah pihak yang berseteru, Prabu Siliwangi cukup bijak dalam memilih dengan memihak Portugis dalam menghadapi serbuan Demak-Banten. 
      Portugis yang tengah mencari pangkalan di Nusantara bagi armada lautnya menyambut uluran persahabatan Pajajaran, dan dengan modal pakta persahabatan yang telah diraih, maka Portugis pada 1527 berupaya mendaratkan armada lautnya lengkap di Sunda Kelapa. Sayang sekali armada tersebut ditimpa naas terkena bencana topan badai dahsyat tatkala tengah berlayar menuju Sunda Kelapa, sehingga porak-porandalah armada Portugis tersebut dan akhirnya gagal memenuhi janji persahabatan dengan kerajaan Pajajaran. Untuk selamanya armada laut Portugis tidak mau mendarat lagi di Sunda Kelapa karena tidak sudi mengulangi kegagalan pertama, selanjutnya Portugis mencari pelabuhan lain di wilayah Nusantara yang bersahabat atau kalau perlu dipaksa untuk menjadi sahabat dalam upaya armada Eropa Barat itu mendirikan pangkalan laut guna menguasai jalur laut menuju pulau rempah-rempah di kepulauan Maluku.
      Pajajaran sebuah negeri pedalaman yang sangat kuat pertahanannya sudah disadari oleh Mahapatih Gajahmada bahwa sangat sulit untuk menghadapi pasukan Pajajaran yang berjumlah besar hanya mengandalkan angkatan laut Majapahit. Diperkirakan akan memakan waktu dan biaya besar untuk mengerahkan pasukan Majapahit dalam jumlah besar melalui laut ditambah lagi dengan perjalanan darat yang makan waktu berhari-hari. Dan sebaliknya bagi Pajajaran yang tidak memiliki armada laut itu tentu tidak pernah terlintas untuk menyerang wilayah lain melalui laut. Satu-satunya pilihan bagi Pajajaran selalu memperkuat pasukan darat untuk persiapan menahan serbuan musuh. Strategi perang yang dijalankan oleh Prabu Siliwangi memang sesuai dengan geografis dan topografis tanah Pasundan yang bergunung dan sebagian besar terdiri dari dataran tinggi, berhawa sejuk, konon terkenal rakyatnya paling tampan dan cantik se-Asia Tenggara. Maka tidaklah mengherankan pilihan strategi paling jitu, dan paling tepat yang dilakukan oleh Majapahit dalam upaya melebarkan pengaruh politiknya di Jawa Barat ialah melalui jalan perkawinan kerajaan. Akan tetapi upaya itu gagal karena dalam tahap akhir pelaksanaan misi tersebut akibat terjadinya Perang Bubat yang menewaskan calon pengantin berikut keluarga kerajaan Pajajaran yang turut mengiringinya.
      Prabu Siliwangi yang memerintah Pajajaran setelah terjadinya perang Bubat, merasa sendiri dalam menghadapi serbuan kerajaan non-Hindu. Majapahit telah runtuh beberapa puluh tahun sebelum sang Prabu marak menduduki singgasana Pakuan Pajajaran. Dan dengan runtuhnya Majapahit maka sasaran tembak kerajaan Demak dan Banten mengarah tepat ke ibukota kerajaan Sunda-Galuh tersebut. Sebagai benteng terakhir kerajaan Hindu setelah Majapahit, sang Prabu sudah merasa bahwa takdir sejarah memihak yang baru dan memunahkan yang lama. Runtuhnya kerajaan Hindu digantikan oleh kerajaan Islam adalah atas kehendak sejarah.
      Prabu Siliwangi berjanji kelak di masa depan akan selalu hadir dalam bentuk "wewangian yang harum semerbak" guna melindungi rakyatnya tertentu yakni yang berhati baik. Keraton kerajaan Pakuan Pajajaran yang berlokasi dalam radius beberapa ratus meter dari prasasti Batutulis Bogor pada empat mata angin rakyat yang setia pada Prabu Siliwangi akan menyebarkan dirinya telah diberikan gambaran mengenai masa depan mereka.
      Dari arah utara keraton kelak digambarkan kedatangan para tamu dalam jumlah besar yang selalu merepotkan para penduduk. Di mulai dengan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang menempati istana Bogor, sampai dengan Presiden Sukarno yang mendirikan dua istana, Istana Cipanas dan Istana Bogor. Keduanya datang dari utara, Jakarta. Dan kini para penduduk Jakarta yang cukup mapan selalu mengarahkan kendaraan pribadinya berlibur ke Bogor-Puncak dan membikin jalanan macet pada hari libur, mereka itulah yang disebut oleh Prabu Siliwangi sebagai tamu yang cukup merepotkan penduduk setempat.
      Dari arah Timur keraton Batutulis itu pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram pada abad enambelas datang perintah bagi rakyat Pajajaran untuk mengerahkan pasukan guna menyerbu Batavia yang tengah diduduki oleh pasukan Belanda. Serbuan pasukan ditambah dengan membendung sungai Ciliwung yang dilakukan olah Dipati Ukur pimpinan pasukan Mataram wakil dari tanah Pasundan itu tidak berhasil mengusir Belanda.
      Ke arah Barat keraton Pajajaran para pengikut Prabu Siliwangi yang mengundurkan diri ke daerah Lebak itu merasa aman berkat kedisiplinan mereka menjaga mandala kerajaan. Mereka secara ketat tidak menggunakan api yang menimbulkan asap yang mudah dideteksi musuh dari jarak jauh. Suku Baduy dalam yang merupakan turunan langsung rakyat Pajajaran di masa Prabu Siliwangi hingga hari ini terus menunggu isyarat berupa teriakan minta tolong di tengah malam datang dari arah Gunung Halimun, sebagai pertanda datangnya sosok pemimpin bijak. Suku Baduy paling dalam melarang diri dalam menggunakan peralatan modern antara lain listrik, dan kendaraan bermotor, yang mereka anggap adalah api yang itu juga (bisa memberi petunjuk posisi mereka pada musuh).
      Ke arah Selatan tempat arah yang dipilih Prabu Siliwangi berikut rakyat yang mengikutinya memang sangat tepat dijadikan basis pertahanan sekaligus membaurkan diri dengan mendiami lembah, dan dataran tingginya. Basis ini memiliki modal utama hawa yang sejuk dan tanah yang sangat subur di masa sekitar tahun enampuluhan adalah basis Darul Islam-Tentara Islam Indonesia. Dan juga pimpinan tertinggi Partai Komunis Indonesia juga memanfaatkan wilayah tertentu di Jawa Barat untuk eksperimen rahasia sebagai daerah basis pertanian berupa sistem pertanian kolektif seperti di Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok.
      Di samping itu juga sejak tahun enampuluhan hingga awal milinneum ketiga wilayah yang bergunung dan subur itu telah menjadi basis rebutan bagi Negara Islam Indonesia, HTI, maupun aliran Ahmadiyah, dan yang lainnya. Di masa revolusi kemerdekaan Pasukan Siliwangi yang hijrah ke Jawa Tengah jadi andalan kabinet Mohammad Hatta untuk menggempur pasukan komunis dan pasukan lainnya yang tidak setuju kebijakan pemerintah Soekarno-Hatta. Dalam konflik 1965 pasukan Siliwangi sebagian besar setia pada Bung Karno, di samping sebagian kecil yang mendukung Orde Baru Jenderal Soeharto. Semua itu terakumulasi di wilayah tanah Pasundan tidak mengherankan karena hutan-hutan dan alamnya relatif lebih terjaga dibandingkan di daerah lain di Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur yang rusak parah.
      Juga dari arah Selatan itu menurut Prabu Siliwangi kelak akan datang dan asal Si Bocah Angon -- seorang penulis sejarah -- adalah si Satria Piningit atau Satrio Piningit yang mengetahui rahasia mengenai Ratu Adil. Si Bocah Angon yang rumahnya di ujung sungai, dan rumahnya berlantai tiga berpintu setinggi batu pada lantai kedua gemar memelihara tanaman dalam pot berupa pohon handeuleum yang berkhasiat menyembuhkan wasir, daunnya merah hati tua. Dan satu lagi pohon hanjuang, daunnya berwarna persis sama merah hati tua atau merah marun. Si bocah angon ini akan dijadikan sebagai tumbal, akan tetapi ia selalu berhasil meloloskan diri berjalan menuju ke arah barat dan menghilang bersama seorang lain berwajah penuh rambut, dan berpakaian serba hitam, dan yang pernah dipenjarakan oleh pemerintah karena dianggap sebagai pengacau keamanan. Mereka berdua yang bisa "melawan penguasa sambil tertawa" itulah yang sebenarnya Satria Piningit atau Satrio Piningit dan pendampingnya yang memegang rahasia mengenai Ratu Adil yang kelak muncul setelah timbulnya bencana alam berupa meletusnya tujuh gunung ditambah sebuah gunung lagi terdekat di arah sebelah selatan daripada keraton Prabu Siliwangi. Dengan kehadiran sang Ratu Adil, maka kejayaan Nusantara yang adil makmur sesuai keinginan dan ditunggu selama berabad-abad oleh rakyat jelata akan kesampaian. Demikian inti wasiat uga wangsit Siliwangi bagi segenap rakyat Pakuan Pajajaran khususnya dan umumnya bagi segenap rakyat Tanah Pasundan, Jawa Kulon.
      Bung Karno di akhir masa pemerintahannya memilih istana Bogor (tak jauh dari istana Pajajaran di sekitar Batutulis) dan sempat memberi wasiat beliau ingin dikebumikan di sekitar daerah Batutulis, Bogor, (di bawah pohon rindang dengan pemandangan lembah dan gunung nan indah) lebih memilih dirinya tenggelam daripada mengorbankan rakyatnya. Prabu Siliwangi yang dikebumikan di Rancamaya (dengan pemandangan lembah dan gunung nan indah) juga setali tiga uang lebih memilih dirinya tenggelam dengan alasan serupa. Sosok Bung Karno yang ibunya berasal dari pulau Dewata termaktub juga dalam uga wangsit Siliwangi. Dan tentu dengan sendirinya Bung Karno juga mengetahui hal demikian. Barangkali itu yang menjadi alasan beliau dalam membuktikan kebenaran uga wangsit Siliwangi maka memilih Batutulis sebagai tempat peristirahatan abadinya.
****


Satria Piningit Serat Darmogandhul


In an effort colonialist politics of divide et impera, exactly the same as the British colonialist government (the British East Indies) support to the Islamic works of Hazrat Mirza Ghulam Ahmad in India. Then so is the case with Serat Darmogandul the author is still mysterious in the period between the British Governor-General T.S. Raffles in Land of Java until the round ahead of the Javanese Prince Diponegoro War. Raffles even had time to study the cultural and literary heritage of Java which is then poured in the History of Java, published in London, Nederlands-Indie and British East Indies government, borrowed the jargon of the New Order "should be assumed, can not can, directly or indirectly" involved with the publication of Serat Darmogandul which aims to divide the Native Indie population.
      As reference materials to solve the mysterious who is the writer Serat Darmogandul when first published, the classical poet Ronggowarsito Java is still only 22 years old, and Native poet and his predecessors have also characterized their work in the form of singing poems, among others gambuh. Very different from the Serat Darmogandul already shaped mixture of essays in the Java language, ngoko and kromo inggil. At that time the author of Europe already accustomed to using such writing style in European languages, and may further the work of foreign authors for the purposes of publishing translated into Java, the same as the language used in writing Serat Darmogandul.
      Serat Darmogandul glance, the last farewell adviser Majapahit, Sabdo Palon Noyo genggong with King Brawijaya as follows:
      Sabdo Palon expressed his disappointment to King Brawijaya, "Kula badhe pados momongan ingkang mripat satunggal." More or less meaning, "I will find a one-eyed satria momongan."
     The King also asked by Sabdo Palon a witness later in the future emergence of Satria Piningit (referred to here is the Ratu Adil), "ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon." roughly means "Someday in the future will show a Java add to the original name the name of the elder: mbah, Kyai, Ki, Ni, Nyi, and others, and the corresponding master the science of religion (Javanese), he was the one who cared for by Sabdo Palon."
      Serat Darmogandul regardless of whether it is genuine or plagiarism from other sources may be mentioned that the controversial content is about rebellion, treason, or attempt to overthrow the power carried by Walisongo against the kingdom of Majapahit. While the Wali tenth Syech Siti Jenar against treason against the Majapahit, then he should be removed from the earth. Syech Jenar condemn one Sunan who punished as follows, "Someday in the future if the kings (leaders) in the Land of Java consists only of kings (leaders) who have elderly parents, then turns me hang your neck with yarn ... . "
      Serat Darmogandul since it was first published just before the Java War had erupted the divisive power of religion (Islam) against the Dutch East Indies government in addition has also dampen the mass support of the masses against the war these moslems. It is said in part that recounts the struggle of one of their Sunan in the effort to convert the East Java region began Kertosono to Kediri in a way that does not like the masses that is destroying all the ancient statues made of stone sculpture in the form of ancestral heritage and scrape out the various forms of other cultures that are considered contrary to the teachings Islam.
The contradiction between the masses of the Shiva-Buddhist preachers and followers of Islam that is the main mission Serat Darmogandul to this day. It is not surprising when elections fifties Serat Darmogandul raised again, until finally even be forbidden book. Whether the ban will be shut down trail past the collapse of the Majapahit and how to spread Islam by Walisongo not done peacefully? As an illustration in Islam is halal laws to eradicate paganism in a certain way and within certain limits. Violent and nonviolent manner considered to be relatively alone. Moreover destroy things that bring polytheism is very kosher. And on the other side on the other side of things as it is considered a form of violence against an outcome of cultural objects.
      And the most feared of certain parties in Serat Darmogandul, Sabdo Palon utterance is to be re-deploy certain religion hundred years since he parted with the King Brawijaya, and it is considered destruction of other religions. This assumption is certainly not in accordance with the turning wheel of history that always produces a new synthesis, and not return to the original thesis. And a new synthesis that is "something more superior" is the result rather than the battle of the party opposing it for five centuries. 
****
Satrio Piningit Serat Darmogandul

 

Dalam rangka dan upaya kaum kolonialis kulit putih di Hindia menggelar 
politik pecah belah dan kuasailah (divide et impera), telah terjadi kesamaan yang persis seperti dilakukan oleh pemerintah kolonialis Inggris (British East Indies) di India dengan memberi dukungan terhadap karya Islami Mirza Ghulam Ahmad. Ternyata demikian pula yang terjadi di Hindia terhadap Serat Darmogandul yang penulisnya masih misterius pada kurun antara kekuasaan Inggris Gubernur Jenderal T.S. Raffles di Tanah Jawa hingga babak menjelang terjadinya Perang Jawa yakni perang yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro. Raffles malah sempat-sempatnya mempelajari peninggalan kebudayaan dan sastra Jawa yang kemudian dituangkan dalam History of Java terbit di London, dengan demikian dapat ditengarai pemerintah kolonial Hindia-Belanda bersama kolonialis Inggris meminjam jargon Orde Baru "patut diduga, tidak bisa tidak, langsung maupun tidak langsung"  terlibat dengan terbitnya Serat Darmogandul yang bertujuan memecah belah penduduk Pribumi Hindia.
      Sebagai bahan referensi memecahkan siapa penulis misterius Serat Darmogandul tatkala pertama kali terbit, pujangga klasik Jawa Ronggowarsito masih berusia 22 tahun, dan karya pujangga Pribumi tersebut dan juga para pendahulunya memiliki ciri khas karya mereka dalam bentuk syair nyanyian, antara lain gambuh. Sangat berbeda dengan Serat Darmogandul sudah berbentuk esai dalam bahasa Jawa campuran, ngoko dan krama inggil. Pada masa itu penulis Eropah sudah terbiasa menggunakan gaya tulisan demikian dalam bahasa Eropa, dan bisa jadi selanjutnya hasil karya penulis asing itu untuk keperluan penerbitan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, sama sebagaimana bahasa yang dipergunakan dalam penulisan Serat Darmogandul.
      Selayang pandang Serat Darmogandul, pada babak perpisahan antara penasihat Majapahit, Sabdo Palon Noyo Genggong, dengan Prabu Brawijaya terjadi percakapan mengenai Satria Piningit atau Satrio Piningit (yang dimaksud di sini Ratu Adil) baru sebagai berikut:
    Sabdo Palon mengungkapkan kecewa hatinya kepada momongannya, Prabu Brawijaya, "Kula badhe pados momongan ingkang mripat satunggal." Kurang lebih artinya, "Saya akan mencari satrio asuhan yang bermata satu."
        Sang Prabu juga diminta oleh Sabdo Palon menjadi saksi kelak di masa depan mengenai munculnya Satria Piningit atau Satrio Piningit (yang dimaksud di sini ialah Ratu Adil) dalam percakapan berikut, "Ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon." kira-kira artinya "Kelak di masa depan akan muncul seorang Jawa menambahi pada nama aslinya nama yang dituakan: mbah, kyai, ki, dan lainnya, dan yang bersangkutan menguasai ilmu pengetahuan agama (Kejawen), dia lah yang diasuh oleh Sabdo Palon."
      Serat Darmogandul terlepas dari apakah di dalamnya itu asli atau plagiasi dari sumber lain (dari hasil karya sebelumnya oleh sang penulis Serat Darmogandul sendiri) dapat disebutkan isinya yang kontroversial ialah mengenai makar, subversif, atau upaya menggulingkan kekuasaan yang dilakukan oleh Walisongo terhadap kerajaan Majapahit. Sedangkan wali kesepuluh Syech Siti Jenar menentang makar terhadap Majapahit, maka dia harus disingkirkan dari muka bumi. Syech Jenar mengutuk salah seorang Sunan yang menghukumnya sebagai berikut, "Kelak di masa depan jika para raja (pemimpin) di Tanah Jawa hanya terdiri dari raja (pemimpin) yang sudah tua berusia lanjut, maka gantian aku yang menghukum gantung lehermu dengan lawe...."
      Serat Darmogandul sejak pertama kali diterbitkan tepat menjelang Perang Jawa meletus telah memecah belah kekuatan kaum agama (Islam) dalam melawan pemerintah Hindia-Belanda di samping itu juga telah menyurutkan dukungan massa rakyat jelata terhadap perang kaum santri tersebut. Konon pada bagian yang mengisahkan perjuangan salah seorang Sunan dalam upaya mengislamkan daerah Jawa Timur mulai Kertosono hingga Kediri dengan cara yang tidak disukai massa rakyat yakni merusak semua arca kuno berupa patung terbuat dari batu peninggalan leluhur dan mengikis habis berbagai bentuk budaya lainnya yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
      Pertentangan antara massa rakyat Syiwa-Buddha terhadap para pendakwah dan pemeluk Islam itulah yang menjadi missi utama Serat Darmogandul sampai hari ini. Maka tidak mengherankan tatkala menjelang pemilu tahun limapuluhan Serat Darmogandul dimunculkan kembali, hingga akhirnya malahan dijadikan buku terlarang. Apakah dengan larangan itu dapat menutup jejak masa silam mengenai keruntuhan Majapahit dan cara penyebaran agama Islam oleh Walisongo tidak dilakukan secara damai? Atau berusaha menutupi bahwa Raden Patah, Sultan Demak dari kerajaan Islam pertama di Jawa itu berdarah Tiongkok keturunan Brawijaya sendiri dengan putri Campa yang sedang mengandung dihadiahkan kepada Adipati Majapahit Arya Damar dari Palembang? 
       Sebagai gambaran dalam ajaran Islam adalah halal hukumnya membasmi kekafiran dengan cara tertentu dan dalam batas tertentu. Cara kekerasan dan tanpa kekerasan dianggap relatif saja. Apalagi merusak benda yang membawa kemusyrikan adalah sangat halal. Dan di sisi lain di seberang sana tentu hal sebagai itu dianggap suatu bentuk kekerasan terhadap sebuah benda hasil budaya.
      Dan yang paling dikhawatirkan pihak tertentu dalam Serat Darmogandul ialah ucapan Sabdo Palon yang akan kembali menyebarkan agama tertentu limaratus tahun lagi sejak beliau berpisah dengan Prabu Brawijaya, dan itu dianggap kehancuran bagi agama yang lain. Anggapan demikian itu tentu saja tidak sesuai dengan roda berputarnya sejarah yang selalu menghasilkan sintesa baru, dan bukan kembali pada tesis awal. Dan sintesa yang baru itu adalah "sesuatu yang lebih unggul" yang menjadi hasil daripada pertarungan dari pihak yang saling bertentangan selama lima abad itu.
****


Satria Piningit the Book of Musarar Jayabaya


When Serat Darmogandul which is divide et impera political propaganda against adherents of Islam, idem dito the Book of Musarar Jayabaya is the same political propaganda against the adherents of the javanis or kejawen. The first was apparently carried out by the colonialists, and the latter obviously easily guessed by anyone ....! Islamization of the ancestors of Java is an honor for those who are entitled. Nothing wrong and legitimate King Joyoboyo considered secret adherents of Islamic teachings on the ocean of Hindu-Buddhist in the eleventh century AD. With Islamize King Joyoboyo, meaning there is right on his plot of land occupied in the Muslim paradise.
      That book of  Musarar Jayabaya is loaded with Islamic nuance. However, by its opponents who argue nonsense is a Sri Aji Joyoboyo Muslims. Legitimate think so. Regardless of whether or not and endless debate whether Joyoboyo a Muslim, it is necessary to know the mission rather than the Book of Musarar is pitting between the Javanis against the Santris. However not always have to contradict each other and fame among admirers Joyoboyo. Sometimes they can be together in the course of history, if for the sake of the security environment in their time of adjustment.
       In the illustrated Musarar King Joyoboyo received a guest from the Middle East country once a teacher of Islamic scholars who teach Islam in the form of a book, which if had been able to master the contents of the book is concerned can know future events, mentioned among others, after passing the exam the King Joyoboyo can know Nusantara kingdoms that will arise and sink were replaced by new ones. Besides, the Islamic scholars are predicting in the face directly concerned in the future later King Joyoboyo will perk three more times in the days of the kingdom of Kediri. So forth book of the Islamic Musarar.
       Nusantara kingdoms future can already be predicted by King Joyoboyo with the help of Islamic teachers who will be falling-up ranging from Kediri, Singosari, Pajajaran, Majapahit, Demak, Mataram, and so on until the Republic of Indonesia complete with the calculation of his reign. The most interesting is the emergence of Ratu Adil later after the chaos of living people of the archipelago after the period of the Republic of Indonesia disbanded. If the teachings of Islam, the Day of Judgement will come an Imam Mahdi, then in the opposite kejawen after goro-goro or chaos will come the Ratu Adil, which is sometimes popularly dubbed Satria Piningit. Here is part of the book of poetry Dandanggula Musarar Jayabaya that intersect with the emergence Satria Piningit is meant here in the future Ratu Adil.

    Dene besuk nuli ana
    Tekane kang Tunjung Putih
    Semune Pudhak kasungsang
    Bumi Mekah dennya lair
    Iku kang angratoni Jagad kabeh ingkang mengku
    Juluk Ratu Amisan Sirep musibating bumi
    Wong nakoda milu manjing ing samuwan

Later in the future after the chaos of the battle of the small kings of the archipelago (after a period of dissolution of the Unitary Republic of Indonesia back into its original small kingdom), there will be a leader Ratu Adil namely Tunjung Putih, it appears subtly in the beginning that is still a Satria Piningit. He was born in the Land of Mecca (Muslims). He is the leader worldwide, dubbed the Queen of Amisan capable of dealing with the complexity of many people on earth. Everyone will be given an opportunity contributed to his opinion, including the captains or leaders of the folk people.

****

Satrio Piningit Kitab Musarar Jayabaya


Tatkala Serat Darmogandul yang merupakan propaganda politik divide et impera terhadap penganut ajaran Islam, idem dito Kitab Musarar Jayabaya merupakan propaganda politik yang sama terhadap penganut kejawen alias kaum javanis. Yang pertama jelas dilakukan oleh kaum kolonialis, dan yang kedua jelas mudah ditebak dilakukan oleh siapa....! Islamisasi para leluhur Jawa merupakan kehormatan bagi yang berhak. Tiada yang salah dan sah-sah saja Prabu Joyoboyo dianggap pemeluk ajaran rahasia Islam di tengah samudera Hindu-Buddha di masa abad kesebelas masehi. Dengan mengislamkan Prabu Joyoboyo, berarti ada hak pada beliau menempati kapling di surga kaum muslimin.
      Begitulah Kitab Musarar Jayabaya sarat dengan nuansa Islami. Namun demikian oleh para penentangnya yang berpendapat cuma omong kosong seorang Sri Aji Joyoboyo adalah pemeluk Islam. Sah-sah saja berpendapat demikian. Terlepas dari benar atau tidaknya dan perdebatan tiada akhir apakah Joyoboyo seorang Islam, maka perlu diketahui misi daripada Kitab Musarar adalah mengadu domba antara kaum Javanis melawan kaum Santri. Walau demikian tidak selamanya harus bertentangan satu sama lain di antara pengagum kemasyhuran dan kedigdayaan Joyoboyo. Terkadang mereka bisa beriringan dalam perjalanan sejarah, jika demi penyesuaian lingkungan keamanan pada jamannya.
       Dalam Musarar digambarkan Prabu Joyoboyo menerima seorang tamu dari negeri Atas Angin seorang guru sekaligus ulama Islam yang memberi pengajaran Islam berupa sebuah kitab, yang jika telah dapat menguasai isi kitab tersebut maka yang bersangkutan dapat mengetahui kejadian di masa depan, disebutkan antara lain setelah lulus ujian maka Prabu Joyoboyo dapat mengetahui kerajaan Nusantara yang bakal muncul dan tenggelam digantikan oleh yang baru. Di samping itu juga  sang ulama Islam tersebut meramalkan di hadapan langsung yang bersangkutan kelak di masa depan Prabu Joyoboyo akan menitis tiga kali lagi di jaman kerajaan Kediri. Demikian seterusnya isi kitab Musarar yang Islami.
      Kerajaan Nusantara masa depan sudah dapat diramalkan oleh Prabu Joyoboyo dengan bantuan guru Islamnya yang akan jatuh-bangun mulai dari Kediri, Singosari, Pajajaran, Majapahit, Demak, Mataram, dan seterusnya hingga Republik Indonesia lengkap dengan kalkulasi masa kekuasaannya. Yang paling menarik ialah mengenai munculnya Ratu Adil kelak setelah terjadinya kekacauan penghidupan rakyat Nusantara setelah periode Republik Indonesia bubar. Jika dalam ajaran Islam maka menjelang hari kiamat akan muncul seorang Imam Mahdi, maka dalam kejawen sebaliknya sesudah goro-goro atau kekacauan akan muncul Sang Ratu Adil, yang terkadang secara populer dijuluki Satrio Piningit. Berikut ini syair Dandanggula bagian dari kitab Musarar Jayabaya yang bersinggungan dengan munculnya Satria Piningit atau Satrio Piningit yang dimaksud di sini Ratu Adil di masa depan:


    Dene besuk nuli ana
    Tekane kang Tunjung Putih
    Semune Pudhak kasungsang
    Bumi Mekah dennya lair
    Iku kang angratoni Jagad kabeh ingkang mengku
    Juluk Ratu Amisan Sirep musibating bumi
    Wong nakoda milu manjing ing samuwan

Kelak di masa depan usai kesemrawutan pertempuran raja-raja kecil Nusantara (usai periode bubarnya NKRI kembali semula menjadi kerajaan kecil-kecil), akan ada seorang pemimpin Ratu Adil yakni Tunjung Putih, ia muncul secara tersamar pada awalnya yakni masih seorang Satrio Piningit. Beliau dilahirkan di Tanah Mekah (orang muslim). Dia adalah pemimpin seluruh dunia, dijuluki Ratu Amisan yang mampu mengatasi keruwetan hidup orang banyak di bumi. Semua orang akan diberi kesempatan ikut menyumbangkan pendapatnya, termasuk juga para nahkoda atau para pemimpin rakyat kebanyakan.

****

Satrio Piningit Imam Mahdi Kitab Suci Al-Qur'an 
 
mbah subowo bin sukaris

Pasca gugurnya Osama bin Laden oleh pasukan khusus pemerintah Amerika Serikat beberapa bulan berselang, dalam sebuah operasi militer di Pakistan, kemudian selanjutnya Osama bin Laden dimakamkan secara misterius oleh para pembunuhnya yakni dengan cara ditenggelamkan di lautan yang lokasinya sangat rahasia. Kejadian selanjutnya mengiringi kematian martir itu berwujud gejolak politik di negeri Islam yang berawal dari Tunisia, melompati Libya, dilanjutkan Mesir, dan kembali lagi Libya, dan berlanjut terus menuju Yaman, Suriah, dan seterusnya sampai ke Indonesia yang sudah dianggap negeri muslim yang sukses berdemokrasi dibanding yang disebut di atas, sudah bermetamorfosa menjadi kemelut politik intern Partai Demokrat yang tengah berkuasa dengan aktor utama yang dianggap antagonis, kontroversial, dan misterius: Muhammad Nazaruddin. 
     Para pengamat politik menyebut teori domino yang dipercayai dan dikhawatirkan oleh badan intelijen Amerika CIA, semasa terjadinya perang Vietnam kini menjadi afdol lagi menganalisa golakan dunia Islam. Teori domino yang dikhawatirkan oleh CIA dapat terjadi ialah jika Vietnam menjadi negeri komunis, maka seluruh Asia Tenggara satu persatu akan menjadi komunis. Sekarang ini terjadi golakan dunia Islam deduksinya ialah bukan seluruh Afrika Utara, Jazirah Arab, Asia Selatan, dan Asia Tenggara menjadikan syariat Islam menjadi ideologi negara Islam, akan tetapi teori domino yang terjadi ialah terjadinya konflik terus-menerus tiada akhir, di semua negeri yang penduduknya memeluk agama Islam.
      Negeri Islam di Afrika Utara dan Jazirah Arab seolah memulai revolusi politik dalam negeri masing-masing dipicu oleh terbunuhnya Osama bin Laden. Dan di pihak lain kematian Osama bin Laden sebenarnya adalah babak pembukaan untuk menyerang Libya secara besar-besaran dengan kekuatan militer Amerika Serikat dibantu kekuatan militer Nato. Libya yang sangat keras kepala, gigih anti-Amerika dibandingkan negeri Islam lainnya tentu menjadi sasaran tembak pihak Amerika dengan upaya mengganti rejim Khadafi dengan pemimpin baru yang pro-Amerika dan Barat, demi yang namanya demokrasi Barat.
      Bergolaknya negeri Islam di seluruh dunia, mengingatkan pada sebuah ayat dalam Al-Qur'an, surah al-Ahzhab 33:40 terjemahan isinya sebagai berikut:
      "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
     Ayat tersebut memang memupuskan harapan akan munculnya seorang pemimpin baru yang luarbiasa bijak dan bermukjizat. Pemimpin yang muncul di negeri Islam yang sedang bergolak bisa saja seorang yang istimewa atau biasa saja. Akan tetapi sebagian kalangan muslim tertentu percaya entah kapan akan muncul pemimpin baru Islam bermukjizat, dan menyebutnya Imam Mahdi, yang paralel di Jawa dengan sebutan Ratu Adil atau lebih populer disebut Satrio Pinilih yang sebelumnya jadi Satria Piningit atau Satrio Piningit. Imam Mahdi artinya Pemimpin yang Terpilih. Walaupun sebagian kalangan muslim mempercayai adanya Imam Mahdi, di kubu muslim yang lain menentang habis-habisan adanya Imam Mahdi. Menurut kubu muslim yang tidak setuju adanya pemimpin baru bagi umat Islam tersebut bersandar pada ayat al-Qur'an surah al-Ahzhab 33:40 di atas, juga menggunakan argumentasi bahwa Imam Mahdi adalah upaya kaum Yahudi nomor kesekian untuk menghancurkan Islam, yakni dengan cara merekayasa boneka Imam Mahdi yang pro-Yahudi dan pro-Amerika. Oleh karena itu kubu yang bersangkutan juga menyerang keras kubu Islam Ahmadiyah yang dibenggoli Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Seperti telah menjadi opini umum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menjembatani kaum Hindu dan kaum Islam dengan cara memberikan tafsiran al-Qur'an yang netral dan tengah-tengah yang sesuai dengan alam pemikiran penduduk setempat dalam upaya menarik simpati umat Hindu maupun Islam sendiri di India. Sama persis yang dilakukan oleh para wali di Jawa dalam upaya menarik penduduk yang selama berabad memeluk Hindu-Buddha agar dapat lebih mudah menerima ajaran baru agama Islam.
      Hasilnya sungguh tragis bagi kubu Ahmadiyah yang dianggap telah memproklamirkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi. Serangan terhadap Ahmadiyah oleh kaum muslim yang percaya datangnya Imam Mahdi adalah demi munculnya seorang Imam Mahdi yang baru, dan tentunya tidak mengakui yang lama seperti Mirza Ghulam itu.
     Akan tetapi bagi kaum muslim yang tidak percaya datangnya Imam Mahdi, di sisi lain mengharapkan keagungan dan kejayaan umat Islam di seluruh dunia bersikap netral terhadap upaya di berbagai negeri untuk memperjuangkan syariat Islam sebagai ideologi negara.
      Umat Islam yang bersilang pendapat mengenai Imam Mahdi tentu sah-sah saja karena pikiran tidak dapat diadili sebagai terdakwa. Karena itu terjadi hanya dalam wilayah akademis atau tulisan dan filosofis atau wilayah pemikiran. Orang Jawa bilang mengenai tulisan umum yang bersinggungan dengan wilayah agama, "itu kan cuma tulisan yang dibikin manusia biasa." Dan orang Jawa yang itu juga bilang mengenai pemikiran tertentu yang bersinggungan dengan agama, "itu kan pemikiran yang cuma otak-atik gathuk."
      Lantas apa yang akan terjadi di masa depan kekuatan sosial politik keagamaan umat dan negeri Islam? Muncul dan tidaknya seorang Imam Mahdi yang akan memimpin rakyat di seluruh dunia Islam akan lebih luas dari masa kejayaan Islam semasa Nabi Muhammad s.a.w. dan dilanjutkan oleh empat sahabat beliau menguasai wilayah mulai persia di Timur perbatasan India, Afrika Utara, seluruh jazirah Arab, dan juga separoh benua Eropah. Maka cuma satu pilihan yang tersedia yang terbaik bagi umat yang satu ini yakni kemunculan Imam Mahdi yang bermukjizatlah dapat mengakhiri semua perbedaan pendapat maupun cakar-cakaran sesama Muslim, jika tidak demikian maka yang akan terjadi selanjutnya ialah bertambah sulitnya medan peperangan bagi kaum muslimin dalam berjuang melaksanakan jihad agama Islam. Dan apapun yang akan terjadi kelak itu tentu saja semua itu sudah tertulis dalam kitab gaib Lauh Mahfus.
****


Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 7:55 AM