Showing posts with label Jayabaya. Show all posts
Showing posts with label Jayabaya. Show all posts

Jayabaya tentang masa pemerintahan Presiden Sukarno

Jayabaya tentang masa pemerintahan Presiden Sukarno
mbah subowo.
Raden Ngabehi Ronggowarsito meramalkan munculnya Satrio Piningit yang pertama memerintah Negara yang seluas Majapahit: Satrio Kinunjoro Mulyo Kuncoro. Para penafsir ramalan Ronggowarsito sepakat bahwa sosok itu ialah Ir. Sukarno. Mengapa disebut satria piningit yang pernah dipenjara? Betul, bahwa Bung Karno sosok proklamator itu sewaktu jaman kolonialisme Belanda pernah dibui Penjara Sukamiskin, tentu saja Sukarno bukan criminal biasa, akan tetapi tahanan politik yang menentang kekuasaan kaum penjajah Belanda.
     Pasca proklamasi kemerdekaan, faktanya kekuasaan Bung Karno yang didukung Partai Komunis Indonesia akhirnya tumbang pasca terjadinya Peristiwa 1965.
     Sebagai Satrio Kinunjoro Mulyo Kuncoro, sekali lagi pada menjelang di akhir hayatnya Sukarno yang masih eksis memiliki tiga perempat lebih kekuatan militer NKRI yang masih setia padanya dikenakan tahanan rumah: di Wisma Yaso yang merupakan rumah milik istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi. Sukarno yang sakit parah itu ditelantarkan begitu saja tanpa perawatan atas penyakit ginjal dan penyakit komplikasi yang lainnya oleh oknum aparat rejim Orde Baru Soeharto.
     Berikut ini sekadar referensi bahwa seorang yang mulia dan berjasa bagi bangsanya bisa dibuang begitu saja ke dalam penjara.

Wong mulyo dikunjoro (Jayabaya, 1100-an)

Kelak di masa depan tatkala umat manusia tengah memasuki jaman terbolak-balik, jaman modern, bukan hanya para kriminal yang bisa dihukum penjara, akan tetapi juga para lawan politik daripada rejim kekuasaan yang tengah memegang kendali atas pemerintahan suatu Negara.
     Para tahanan politik bisa saja orang yang ahli dalam bidangnya, politikus, pengusaha, sastrawan, pelukis, penyair, diplomat, jurnalis dan seterusnya. Mereka bisa dipenjarakan hanya gara-gara tidak mendukung penguasa yang baru. Sebagai pembenaran dari pihak penguasa maka dibuatlah suatu tuduhan rekayasa tertentu dialamatkan pada mereka, dalam hal ini tuduhan yang tidak pernah dibuktikan dalam suatu sidang pengadilan.
     Sekian untuk sekali ini.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 2:32 PM

Jayabaya tentang korupsi di Jawa/Nusantara

Jayabaya tentang korupsi di Jawa/Nusantara
mbah subowo.
Sejak jaman Ajisaka (78 SM) yang secara tidak resmi mengakhiri pra-sejarah dan memasuki sejarah Nusantara, korupsi sudah terjadi. Dan tentu saja terutama dan paling utama dilakukan oleh para oknum penguasa yang memiliki kesempatan dan ada niatan untuk melakukan hal itu.
     Korupsi ibarat bayang-bayang yang selalu hadir dan setia mengikuti semua penguasa publik di dunia ini. Ia menggoda siapapun yang tidak mampu bertahan dari keinginan memperkaya diri. Ibarat pedagang yang melakukan kecurangan mengeruk keuntungan terlalu banyak dari modal jualannya yang kecil, misalnya seorang pedagang yang bermodal seribu rupiah berusaha mendapat keuntungan secara tidak wajar besarnya sepuluh kali lipat modalnya.
      Begitu pulalah cara seorang oknum pejabat yang memanfaatkan jabatannya antara lain hanya memberikan semacam tanda persetujuan. Sudah menjadi rahasia umum, demi memuluskan atau melancarkan jalan usahanya para oknum pengusaha rela memberi imbalan sejumlah uang atau barang berharga kepada para oknum penguasa atau oknum lainnya.
     Berikut ini prediksi seorang nujum Nusantara yang hidup delapan abad yang silam dalam satu bait syairnya mengenai kelakuan oknum manusia yang berusaha memperkaya diri melalui cara yang tidak halal:

Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di jaman terbolak-balik, akan ada oknum orang Jawa/Nusantara merasa malu mendapatkan penghasilan yang sewajarnya dari pekerjaan swasta maupun suatu institusi negara.
     Oknum-oknum tersebut berani mencari keuntungan pribadi dengan mengambil risiko dengan menyalahgunakan wewenang jabatan/kekuasaan demi yang namanya bisa hidup “wah”.
     Bagi oknum tersebut hidup cukup sesuai penghasilan sewajarnya tidaklah elok dan merasa memalukan. Mereka memilih jalan pintas melakukan korupsi yakni memanfaatkan celah-celah dalam wewenang jabatan untuk mendapatkan tambahan hasil secara curang agar bisa menjadi lebih kaya.
     Sekian untuk sekali ini.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 5:15 AM

Jayabaya tentang kejahatan merajalela di Jawa/Nusantara

Jayabaya tentang kejahatan merajalela di Jawa/Nusantara
mbah subowo
Legenda maling sakti yang dikenal penduduk seantero Kediri sebenarnya kenyataan sejarah pada masa penjajahan kolonialisme Belanda. Konon saking saktinya maling tersebut yang memiliki ajian “rawe-rawe rantas malang-malang putung”.
     Belanda melalui kaki-tangannya  terpaksa mengubur si maling sakti dengan cara memisahkan jasad bagian kepala dan tubuh si Maling Sakti di tempat yang berjauhan. Agar kedua potongan jasad manusia sakti tersebut agar tidak bisa menyatu lagi dan selanjutnya bangkit hidup kembali lagi.
     Jauh di masa silam pada abad ketigabelas masehi (1200-an) tersebutlah sebuah nama legendaris tokoh maling sakti juga: Angrok atau Arok, konon seorang yang memiliki pendidikan tinggi, murid paling cerdas pada padepokan Syiwa-Buddha daripada Begawan Dahyang Lohgawe.
     Arok menguasai Sansakerta dengan baik, bahkan hafal Weda dalam kepalanya. Jauh sebelum itu ia pernah berguru pada pendeta Buddha, Tantripada yang mengajarkan sejenis hipnotisme guna dapat menundukkan siapapun baik teman maupun musuh-musuhnya.
     Arok menurut legenda memiliki sepasukan kawanan yang sangat setia padanya. Kelompok Arok lebih tepat disebut begal, karena pola kejahatannya menghadang para pelintas hutan yang terpaksa menempuh satu-satunya rute ke Kotaraja melewati tengah hutan lebat membawa barang berharga milik Pekuwuan Tumapel.
     Arok selalu tahu sasaran yang tepat, karena ia hanya mau mengambil barang-barang milik penguasa Tunggul Ametung. Dan hasil jarahannya tidak dipergunakan untuk kepentingan pribadi Arok. Akan tetapi ditimbunnya di tengah hutan, agar kelak dapat dijadikan modal untuk keperluan menyerang kekuasaan Tunggul Ametung.
     Setelah merampas barang bawaan para pelintas selanjutnya Arok memerintahkan anak buahnya agar melepaskan semua orang tanpa kecuali agar dapat terus melanjutkan perjalanan menuju ke Kotaraja.
     Sri Aji Jayabaya yang hidup seabad sebelum masa kisah Arok, telah memprediksi bahwa kejahatan semakin lama bertambah merajalela, berikut bait syairnya mengenai hal di atas ini.

Maling wani nantang sing duwe omah (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa wolak-walik ing jaman kejahatan semakin bertambah merajalela. Sehingga tidak mengherankan di jaman modern serba terbalik itu para penjahat (maling) dengan pedenya berani menantang tuan rumah tempat ia sedang melakukan kejahatan (pencurian).
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 2:39 PM

Jayabaya tentang tindak kejahatan jaman modern

Jayabaya tentang tindak kejahatan jaman modern
mbah subowo.
Berabad penduduk di Pulau Jawa hanya bernaung di rumah berdinding anyaman bambu (gedhek) atau papan dan berlantai tanah. Mereka tidak berniat membuat rumah batu. Di masa silam ada sementara anggapan bahwa rumah berdinding batu hanya cocok untuk candi dan istana raja, tidak cocok untuk rumah kawula biasa.
     Berabad hingga tahun tujuhpuluhan rumah gedhek atau dinding kayu sangat rawan “digangsir” oleh pencuri. Pencuri berusaha memasuki rumah yang dijadikan sasaran dengan cara menggali lubang tanah mepet dinding luar rumah. Lubang digali secukupnya hingga cukup tubuh si pencuri bisa menerobos melalui galian tersebut  untuk menggasak isi rumah sasaran.
     Saat ini (2020) maling tradisional yang mengendap di malam hari sudah jarang terjadi. Berbagai tindak kejahatan banyak terjadi dilakukan siang hari.  Spesialis maling rumah kosong sering mengambil barang berharga justru pada siang hari tatkala penghuninya lalai waktu meninggalkan rumah. Ada kalanya penghuni teledor membiarkan pintu atau jendela terbuka, sehingga mengundang tamu tak diharapkan menguras isi rumah.
     Kejahatan tradisional semacam menggangsir rumah dan mencuri barang selagi tuan rumah pulas telah bermetamorfosis menjadi kejahatan modern. Mereka yang berpendidikan tinggi dan sukses menjabat merasa tidak puas terhadap penghasilan yang wajar, maka timbul niatan jahat antara lain menyalahgunakan wewenang jabatan untuk memperkaya diri.
     Berikut ini sekadar prediksi bahwa maling itu tidak lagi kurus-kurus karena mengendap-endap di malam gelap gulita. Dan berpakaian serba hitam guna menyamarkan diri dengan kegelapan malam. Akan tetapi justru maling sekarang berpakaian serba wah, mengendarai kendaraan yang juga wah. Mereka bertubuh subur dan sangat sehat.

Maling lungguh wetenge mblenduk (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan di jaman terbolak-balik, kejahatan berupa pencurian akan semakin parah. Karena para pencuri itu saking sehatnya bisa bertubuh subur, tatkala sedang duduk di kursi empuk maka perutnya semakin membuncit. Mereka adalah para oknum pejabat Negara maupun swasta yang menemukan cara mudah dalam upaya memperkaya diri.
     Mereka para oknum yang dengan susah-payah memperoleh jabatan justru menyalahgunakan wewenang jabatannya demi kepentingan pribadi. Bukankah penghasilan mereka sudah lebih dari cukup? Maka tak seharusnya berupaya melakukan kejahatan apapun. Jika tertangkap mereka akan rugi besar hingga menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya.
     Sekian untuk sekali ini.
*****




Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 1:12 PM

Jayabaya tentang tradisi “Selametan” orang Jawa

Jayabaya tentang tradisi “Selametan” orang Jawa
mbah subowo.
Tradisi selametan di Jawa berabad-abad hingga pada 1970-an berlangsung sederhana, singkat, dan padat. Sesuai fungsi utamanya, selametan bagi penduduk pedalaman Pulau Jawa bagian Timur dan Tengah adalah bermakna menyatukan persepsi atau anggapan lingkungan terhadap suatu fakta atau kejadian dalam kehidupan wajar dalam masyarakat. Bisa itu kejadian kelahiran, kematian, pesta perkawinan, dan sebagainya. Intinya sebelum melaksanakan suatu hajatan, maka diadakanlah “selametan” sebagai pemberitahuan lingkungan sekitarnya. Di samping itu juga sekaligus mengharapkan bantuan agar acara yang bakal digelar bisa selamat dan sukses.
     Dalam upacara sederhana selamatan selalu terdapat acara “doa bersama”, pada era tujuhpuluan di pelosok Jawa bagian Tengah dan Timur pengucapan/pembacaan doa bersama akan dipimpin oleh para tetua di lingkungan masing-masing. Kronologinya berikut ini: tatkala para undangan selamatan sudah lengkap, mereka duduk mengepung puluhan kotak-kotak terbuat dari daun pisang yang berisi makanan lengkap dengan lauk-pauknya.
     Tetua yang ditunjuk tuan rumah akan “mengujubkan” biasanya dalam Jawa, dan para hadirin akan memberi sahutan koor bersama “nggih”. Upacara itu hanya singkat saja tidak sampai lima belas menit selesai.
     Begitulah gambaran selamatan pada 1970-an di salah satu pojok di pedalaman pulau Jawa. Saat ini (2020) pembacaan doa di bagian Timur dan Tengah Pulau Jawa terdiri dari dwibahasa: Jawa, dan Arab. Lain lagi yang terjadi di pojok paling Barat dari Pulau Jawa, upacara selamatan di wilayah Barat Pulau Jawa hari ini bisa berlangsung hampir satu jam. Tatacara selamatan di Barat Pulau Jawa maupun Tengah dan Timur Pulau Jawa sama saja, demikian pula tujuan diadakannya selametan, yang membedakan hanya lamanya kegiatan tersebut dilangsungkan.
     Berikut ini sekadar referensi yang relevan dengan berdoa dalam upacara selamatan serta prediksinya yang akan terjadi di masa modern oleh ahli nujum termasyhur se-Jawadwipa dan Nusa-Antara.

Akeh wong mendem donga (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa di depan di jaman yang penuh dengan kemajuan (jaman modern) banyak orang Jawa yang terus melestarikan tradisi selamatan yang dilakukan sewajarnya, namun kadangkala sebagian mereka menjadi mabuk donga karena terlalu bersemangat dalam kegiatan yang “lainnya”.
     Sekian untuk sekali ini.

*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 11:01 AM

Jayabaya tentang perseteruan hukum orang Jawa/Nusantara

Jayabaya tentang perseteruan hukum orang Jawa/Nusantara
mbah subowo.
Pasca lengsernya rejim Orde Baru gara-gara krismon 1997 yang pada puncaknya terjadi demo besar mahasiswa menuntut lengsernya Soeharto sekitar Mei 1998 salah satunya dengan cara menduduki gedung legislative di ibukota.
     Sejak pelengseran itu kebebasan terbuka lebar-lebar bagi semua warganegara untuk menyuarakan isi hati dan pikiran masing-masing. Dalam proses perjalanan sang waktu, kebebasan berekspresi itu mengarah pada sikap saling “padu” tuduh-menuduh satu sama lain karena persaingan bisnis, popularitas, maupun sebab lainnya.
     Mantan presiden Soeharto bukan saja memberikan contoh bahwa penggantinya berasal dari sipil ternyata mampu memimpin NKRI. Akan tetapi mantan presiden yang berkuasa lebih dari tiga decade tersebut juga memberikan suatu siasat menghadapi tutuntan negara dan massa agar mengadili dirinya karena dianggap terlibat tindak pidana korupsi cq oleh Kejaksaan Agung.
     Para pendukung Orde Baru dan pendukung Orde Reformasi saling tarik-ulur dalam upaya mengadili mantan orang nomor satu NKRI tersebut di atas.
      Soeharto lebih cerdik lagi bersiasat dalam upaya menghadapi tuntutan perkara korupsi oleh pengadilan Reformasi cg Kejaksaan Agung. Soeharto membentuk satu tim pembela bagi dirinya sendiri yang dipimpin oleh seorang advokat (pengacara) muda kepercayaannya. Pengacara yang satu (T) ini sudah akrab bagi pemirsa karena dia yang tiap kali tampil di hadapan media untuk menangkis berbagai tuduhan perkara maupun menjelaskan kondisi kesehatan mantan presiden Soeharto yang tidak memungkinkan menghadiri sidang pengadilan.
     Begitulah terus-menerus yang terjadi kala itu hingga akhir hayatnya sang mantan penguasa tersebut tetap bebas menghirup udara segar. Alhasil mantan presiden yang satu itu tidak pernah duduk di kursi pesakitan dalam suatu siding pengadilan. Waktu itu (2000-an) KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) belum lagi dibentuk oleh Negara.
     Maraknya saling menggunakan jasa pengacara untuk perkara yang lagi ngetrend saat ini : pencemaran nama baik. Saling tuduh di dunia nyata maupun di media sosial tengah menjamur hingga kedua pihak biasanya sepakat menggunakan jasa pengacara masing-masing dalam menghadapi gugatan lawannya.  Apalagi jika dalam perkara hukum tersebut tidak dapat didamaikan sehingga perkara patut digelar dalam suatu pengadilan.
     Berikut ini sekadar prediksi nujum masyhur delapan abad silam mengenai perseteruan antarmanusia Jawa/Nusantara baik di dunia maya (mayapada) maupun di dunia nyata (marcapada).

Akeh wong dakwa-dinakwa (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan tatkala datang jaman terbolak-balik, jaman modern dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sebagai tanda tengah memasuki jaman edan tersebut.
     Manusia Jawa/Nusantara akan saling melemparkan tuduhan satu sama lain demi membela yang benar menurut anggapan masing-masing, akan tetapi terkadang perkara gugatan hanya sekadar mengada-ada.
     Perkara yang mengada-ada contohnya: demi ketenaran atau mendapat popularitas, serta sorotan media, mereka bahkan sengaja saling balas-membalas dalam melemparkan tuduhan yang ringan maupun berat.
     Saling melempar tuduhan oleh kalangan tertentu yang mampu menggunakan jasa ahli hukum itu ramai terjadi baik di dunia nyata maupun di dunia tidak nyata.
     Sekian untuk sekali ini.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 9:58 AM

Jayabaya tentang cuaca ekstrim

Jayabaya tentang cuaca ekstrim
mbah subowo.
Berabad-abad bumi subur-makmur dalam kedamaian abadi. Pasca perang dunia kedua, Jerman kalah perang dari sekutu. Teknologi menakjubkan hasil riset balatentara Hitler menyebar ke penjuru dunia: Amerika S., Sovyet Uni, Britania Raya, Prancis, dan seterusnya. Itulah awal bencana melanda planet satu-satunya yang paling mulia di alam semesta, tempat eksistensi makhluk paling mulia: umat manusia.
     Hanya dalam kurun 70 tahun saja teknologi dan sains telah berkembang mengalahkan ribuan tahun budaya nenek moyang manusia. Satelit, teleskop ruang angkasa, rover antarplanet, pesawat udara, roket luar angkasa, kapal selam, mesin-mesin motor bakar, motor listrik, hingga rekayasa atom yang mampu mengubah uranium menjadi plutonium yang sangat berguna bagi dunia kesehatan, energy mahabesar, dan senjata militer. Belum lagi penemuan computer super hingga prosesor kuantum yang sebentar lagi mampu diwujudkan manusia.
     Dampak kemajuan besar di atas cuma satu yang merugikan manusia itu sendiri di samping berbagai limbah berbahaya: perubahan cuaca menjadi ekstrim.
     Siklus alami ribuan tahun mengenai pergerakan angin yang membawa awan hujan, dan angin kering yang bergerak antarbenua telah mengalami perubahan. Ditambah lagi kenaikan suhu di tropofir bagian paling vital pada lapisan atmosfir planet bumi. Sudah barang tentu kenaikan suhu tersebut pelahan tapi pasti telah mencairkan es berupa gletser di gunung dan lapisan es abadi di kedua kutub bumi.
     Berikut ini ini sekadar referensi mengenai fenomena cuaca ekstrim di atas pada satu bait syair nujum masyhur Nusantara yang hidup delapan abad yang silam Sri Aji Jayabaya:

Akeh udan salah mongso (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan orang Jawa/Nusantara akan memasuki jaman terbolak-balik atau jaman edan. Dalam kehidupan sehari-hari akan menghadapi cuaca tidak lagi teratur seperti berabad-abad yang silam, akan tetapi menghadapi cuaca yang berubah-ubah tanpa mau sendiri. Tatkala itulah musim kemarau justru turun hujan, dan tatkala tiba musim hujan terjadilah hujan yang sangat lebat sekali (cuaca ekstri).
     Sekian untuk sekali ini.
*****




Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 11:20 AM

Jayabaya tentang Pulau Jawa Tenggelam 2100 Saka

Jayabaya tentang Pulau Jawa Tenggelam 2100 Saka
mbah subowo.
Prediksi kenaikan permukaan laut menjelang pada 2100 Saka antara bisa dipercaya atau hanya suatu sikap ketidakpedulian terutama mereka yang berdiam di dataran tinggi dan jauh dari bibir pantai.
     Menjelang 2100 Saka seluruh daratan di permukaan planet Bumi akan berubah mengecil, pulau-pulau baik kecil maupun besar, benua-benua, semua saja akan pelahan tenggelam pada seluruh bibir pantainya. Paling parah ialah pulau-pulau kecil yang tidak memiliki dataran tinggi atau pegunungan, tanpa banteng gunung-gunung aktif atau pernah aktif, maka air laut akan masuk jauh ke daratan.
     Pertambahan populasi penduduk, beriringan dengan penebangan pohon di hutan alami, pembangunan properti perumahan, infrastruktur jalan raya, penggalian bahan tambang, dan pembakaran fosil: batubara, minyak bumi, dan sebagainya. Semua itu mengarah pada perubahan iklim yakni pemanasan suhu global planet bumi.
    Negara-negara kecil-besar, pelaku bisnis, aktivis lingkungan, badan organisasi dunia, dan seterusnya telah berusaha menghentikan laju malapetaka yang melanda bumi sebagai digambarkan di atas.
     Kebutuhan milyaran manusia yang tetap punya tujuan eksis di bumi, dan juga keinginan mereka memenuhi kebutuhan hidup yang tidak pernah terpuaskan, menjadikan mustahil menyatukan tekad umat manusia mencegah malapetaka tersebut.
    Penanaman pohon sebagai solusi paling masuk akal guna menghentikan laju perubahan iklim, kurang berjalan lancar, karena keterbatasan lahan kosong terutama di Pulau Jawa, walau tanahnya sangat subur, akan tetapi begitu padat populasi penduduknya..
     Berikut ini sekadar prediksi seorang nujum masyhur dari abad keduabelas masehi dalam satu bait syair tentang mengecilnya daratan di Pulau Jawa dan di seluruh permukaan bumi:

Bumi soyo suwe soyo mengkeret (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan pada wolak-walik ing jaman atau jaman terbalik pada periode ketiga 700 tahun yakni menjelang pada 2100 Saka bumi semakin lama semakin mengkeret. Pada puncaknya permukaan daratan di seluruh planet bumi semakin mengecil atau berkurang disebabkan tenggelamnya bibir pantai hingga jauh ke daratan bukan hanya di Pulau Jawa bahkan di seluruh dunia. Daratan yang paling aman ialah jika pada wilayah pantai masih terdapat banteng alam berupa gunung-gunung atau dataran tinggi.
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 7:10 PM

Jayabaya tentang hubungan sosial orang Jawa/Nusantara

Jayabaya tentang hubungan sosial orang Jawa/Nusantara
mbah subowo.
Presiden pertama NKRI Bung Karno adalah contoh individu yang memiliki banyak sahabat di berbagai belahan bumi. Sosoknya yang humanis sekaligus berani menghadapi kaum kolonialis dalam upaya memerdekakan bangsanya dari tekanan bangsa lain sangat dikagumi para pemimpin dari dunia ketiga.
     Dr. (HC) Ir. Sukarno bersahabat dengan dedengkot komunis Cina: Paman Mao, dan dedengkot Soviet ini masa itu N. Khruschev, dan juga menjalin persahabatan dengan orang nomor satu Negara adikuasa Barat, J.F. Kennedy. Persahabatan mereka menjadi landasan kuat hubungan politik internasional selanjutnya di kemudian hari.
     Salah satu kelanjutan hubungan internasional Sukarno dengan para pemimpin dunia dari Blok Komunis dan Blok Barat ialah: Soekarno mendapatkan kemudahan bisnis tatkala butuh senjata dalam upaya membebaskan Papua dan Kalimantan Utara. Soviet Uni yang memiliki ekonomi lebih maju waktu itu datang membantu memberikan segala macam senjata, dan juga memberikan fasilitas pembangunan infrastruktur tertentu masa itu. Semua biaya pembelian berbagai barang di atas itu dalam hal pembayarannya dengan syarat dan ketentuan yang ringan.
     Dari Blok Barat Sukarno kala itu mendapat surplus berbagai dukungan politik dalam upayanya membebaskan Papua dari cengkeraman salah satu negeri kecil yang juga Blok Barat: The Nederland.
      Tiongkok waktu itu masih tergolong negeri dunia ketiga yang masih dalam tahap perkembangan di bidang ekonominya. Sehingga bantuan Tiongkok sangat kecil, yakni sejenis senjata ringan.
      Hal di atas adalah salah satu contoh dari kisah masa silam tentang arti persahabatan yang telah berubah seiring kemajuan jaman modern.
     Di jaman serba digital ini serta melimpah-ruah di pasaran berupa barang-barang elektronik, otomotif, fashion, dan sebagainya.
      Ketersediaan aneka barang yang melimpah-ruah di pasar yang membutuhkan konsumen dengan sendirinya tampil pemegang peranan penting: uang, dalam proses terjadinya jual-beli barang dan jasa.
      Uang seiring waktu telah berubah menjadi segala macam jenis dan bentuk. Ada uang elektronik, e-money, dan seterusnya.
     Akibat perkembangan transformasi uang maka tentu saja pada akhirnya mempengaruhi kegiatan dalam system bisnis skala kecil maupun besar.
     Di balik semakin modernnya transformasi jenis uang, ternyata berbanding terbalik dengan transformasi bentuk persahabatan. Media sosial dan sejenisnya telah mengubah total hubungan sosial umat manusia di bumi. 
     Saat ini tersedia berbagai kemudahan untuk berinteraksi sosial, orang tidak perlu lagi bertemu langsung. Sudah ada berbagai aplikasi sebagai sarana komunikasi setiap waktu yang beraneka ragam.
     Pada akhirnya persahabatan ideal model masa silam yang keutamaannya dilandasi rasa saling percaya dan ketulusan hati menjadi sirna seiring waktu karena faktor penggunaan berbagai peralatan yang telah mampu secara langsung maupun tak langsung mengubah jarak dan waktu.
     Berikut ini sekadar referensi mengenai hubungan sosial orang Jawa/Nusantara di jaman modern yang mulai berubah seiring kemajuan jaman:

Akeh manungso mung ngutamakke dhuwit (Jayabaya, 1100-an)

Kelak di jaman terbolak-balik orang Jawa/Nusantara akan menemukan suatu keadaan kondisi hubungan sosial yang sama sekali baru. Landasan hubungan sosial lama yang ideal berabad di masa silam yakni rasa persahabatan tulus atas dasar saling percaya, kini semakin langka, karena perubahan jaman yang semakin canggih dengan peralatan komunikasi modern.
     Kemajuan jamanlah yang mengubah perilaku hidup mereka sehingga akibatnya ialah banyak manusia lebih mengutamakan untuk menjalin hubungan karena faktor terdapat kepentingan bisnis dalam suatu relationship. Dan faktanya bisnis di era digital ini semakin lama semakin penuh dengan persaingan ketat secara fair maupun tidak fair.
    Walau demikian sebagai kaum beragama percaya, “Rejeki sudah ada yang mengatur”.
     Sekian untuk sekali ini.
*****




Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 8:44 AM

Jayabaya tentang fenomena viral

Jayabaya tentang fenomena viral
mbah subowo.
Sejak penemuan transistor dan turunannya selanjutnya diaplikasikan untuk memancarkan gelombang elektromagnetik yang biasa disebut “gelombang radio”, maka gelombang suara apapun dapat dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik selanjutnya ditransmisikan kepada para pendengarnya.
     Tatkala perang dunia kedua berakhir, dan NKRI mulai berjuang mempertahankan kemerdekaan, peran Bung Tomo, Bung Karno, dan Bung-Bung serta "Bing" atau pemimpin lainnya yang memanfaatkan pesawat radio untuk mengumandangkan ucapan membakar semangat, hingga didengar hingga ke gunung-gunung, dan seluruh pelosok negeri.
     Seorang penulis besar Nusantara yang ikut revolusi kemerdekaan mengatakan, “Rakyat di gunung-gunung akan berkaca-kaca kelopak matanya bila di hadapannya disebutkan satu nama tokoh yang “viral” di jaman perjuangan, selanjutnya orang tersebut akan membungkukkan badannya memberi hormat seolah ada sesuatu bayangan gaib yang ajaib di hadapannya.”
     Penulis besar itu menduga mereka mungkin hanya mengenal suara sang tokoh pejuang tersebut karena sudah mendengarkan suara tokoh tersebut melalui pesawat radio atau melalui cerita orang lain yang mengenalnya melalui siaran radio.
     Kini kemajuan TI sudah melahirkan warga baru yang bersuara melalui media social internet dengan julukan keren: netizen alias warga internet. Merekalah yang kini bersuara paling nyaring di dunia maya. Sedangkan di dunia nyata terjadi perebutan ketenaran antara pejabat public, wakil rakyat, selebritis/artis, ulama, dan sebagainya.
     Kembali pada judul di atas, warga internet atau netizen yang tengah naik pamor saat ini ialah para pengunggah konten gambar bergerak berisi suara alias video. Apapun yang bisa dianggap “viral” adalah sesuatu yang bisa disebut “berita” sesuai kaedah dalam ilmu jurnalistik.
     Sebelum munculnya jejaring social semacam FB dan aplikasi sejenisnya, telah diramalkan oleh badan intelijen sebuah Negara adidaya: “kelak di masa depan akan terjadi suatu masa tatkala semua orang akan mengekspresikan dirinya sendiri melalui berbagai sarana yang tersedia antara lain teknologi informasi.”
     Selain badan intelijen nomor satu di dunia, Jayabaya sang nujum masyhur se Nusa Antara juga telah memprediksi dalam satu bait syairnya:

Sing suarane seru oleh pengaruh (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan di jaman terbolak-balik barangsiapa yang bersuara paling lantang dengan media apapun, maka dialah yang memperoleh dukungan serta bisa mempengaruhi dan mengajak orang lain melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk kepentingan bagi diri mereka sendiri maupun masyarakat luas.
     Sekian untuk sekali ini.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 7:38 AM

Ramalan Jayabaya tentang kediaman orang Jawa/Nusantara

Ramalan Jayabaya tentang kediaman orang Jawa/Nusantara
mbah subowo.
Pada era tujuhpuluhan gedung bertingkat di ibukota bisa dihitung dengan jari. Menjelang pergantian tahun 2020 atau limapuluh tahun lebih berlalu, ibukota sudah sesak dengan gedung bertingkat serta berbagai macam bangunan infrastruktur modern sebuah kota besar.
     Bahkan kini sebagai jaman kemajuan boleh dianggap kediaman terjauh umat manusia berada di orbit bumi, mereka bahkan sudah berpengalaman tinggal di sana selama berbulan-bulan.
     Di pesawat ruang angkasa yang terus mengorbit bumi selama berada ruang hampa tanpa gravitasi itu bahkan mereka sukses menanam buah dan sayuran tertentu, di samping melakukan percobaan sains dalam dunia tanpa gravitasi.
     Kemajuan ilmu pengetahuan “perbendaan” sudah sampai pada ditemukannya “materi gelap” sebagai upaya memecahkan misteri lubang hitam serta “partikel tuhan” sebagai upaya memecahkan misteri “lorong waktu”.
     Sebentar lagi kediaman rumah tinggal terjauh manusia berada di bulan, dan selanjutnya lebih jauh lagi berada di Planet Mars.
     Umat manusia ingin menakluikkan tatasurya. Sebagai langkah awal dengan cara membangun pangkalan bagi kediaman manusia di kedelapan planet. Akan tetapi jika Venus, Merkurius terlalu panas, maka manusia paling tidak tetap bisa meletakkan pesawat angkasa semacam satelit ISS di tiap orbit dari kedelapan planet.
     Matahari tak luput dari sasaran ilmiah penyelidikan sebagai titik pusat sumber daripada gaya gravitasi semua planet di tatasurya termasuk bumi manusia.
     Sementara itu di bumi manusia membutuhkan rumah tinggal yang terkendala tersedianya lahan di perkotaan, satu-satunya pilihan bagi penduduk adalah rumah susun berupa gedung bertingkat.
     Bukan hanya di orbit bumi manusia membangun rumah tinggal, konon di dasar laut pun mereka sudah mendirikan pemukiman untuk keperluan sains. Di samping yang disebutkan di atas itu juga di perut bumi manusia mendirikan bangunan bunker untuk keperluan perlindungan dari bencana perang nuklir.
     Kembali pada pokok di atas: juga pada tujuhpuluhan kendaraan roda empat hanya bisa dimiliki oleh golongan tertentu, kini limapuluh tahun berlalu kepemilikan kendaraan roda empat hampir “sipat irung” (tiap batang hidung) memilikinya.
     Pada hari kerja ada sebagian penduduk yang bertempat tinggal jauh menghabiskan hampir sepertiga waktu berada di dalam kendaraan masing-masing yakni dalam perjalanan pulang dan pergi ke tempat kerja.
     Sebagai salah satu negeri yang berpenduduk sangat amat padat, terutama di kota-kota besar tidak pelak lagi ke mana pun hendak bertujuan selalu menghadapi satu hal tak terpecahkan khas perkotaan besar “kemacetan” di jalan raya.
     Fenomena membeludaknya kepemilikan kendaraan roda empat yang laiknya rumah bermesin yang bisa berjalan ke mana saja, hal ini sudah diprediksi oleh peramal ulung Nusantara Sri Aji Jayabaya dalam satu bait syair ramalan:

Akeh omah ing ndhuwur jaran (Sri Aji Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan orang Jawa/Nusantara akan bekerja dalam rutinitas harian menggunakan sarana rumah berjalan. Rumah berjalan itu jumlahnya banyak sekali, karena setiap orang memiliki kesempatan untuk memilikinya.
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 12:56 PM

Ramalan Jayabaya tentang moral-etika

Ramalan Jayabaya tentang moral-etika
mbah subowo
Di jaman modern serba daring ini moral dan etika daripada makhluk paling mulia di planet bumi sudah bertransformasi menyesuaikan jamannya. Yang tetap abadi sepanjang masa adalah kitab suci beserta ajaran yang terkandung di dalamnya.
     Pepatah mengatakan, “Jangan menilai orang dari tampilannya…” Memang pepatah tersebut tidak berlaku universal, akan tetapi bisa juga disejajarkan dengan pepatah lainnya, “Memasuki kandang harimau kita mengaum, memasuki kandang kambing kita mengembik….”
     Penampilan yang pantas memang disesuaikan dengan tujuan, waktu, situasi, kondisi yang tepat.
    Kembali pada judul di atas, salah satu contoh: banyak juga para ahli ilmu agama yang memang menguasai ilmu dalam bidangnya, selanjutnya mengajarkan keahlian berdasarkan bidang yang dikuasainya tersebut kepada generasi mendatang.
     Persoalan adakah ajaran kebaikan dalam agama yang diajarkan kepada muridnya itu  membuat sang guru menjadi ikut bertransformasi manusia suci atau tetap seperti sediakala, tentu saja tergantung dari filosofi, tujuan,dan takdir hidup bagi masing-masing individu.
     Berikut ini sekadar referensi mengenai hal di atas dalam satu bait syair ramalan paranormal Jawa dari abad keduabelas Masehi:

Njobone putih njerone dadu (Sri Aji Jayabaya, 1100-an)

Kelak di masa depan di jaman serba terbalik (wolak-walik ing jaman) banyak manusia berilmu tinggi dalam bidangnya masing-masing yang mengaku-aku serta memproklamirkan bahwa dirinya adalah manusia bermoral dan beretika dengan tujuan hidup suci …. ternyata pada prakteknya kebanyakan dari mereka tak kuat menahan godaan serta ujian duniawi, hingga terungkaplah kebenaran sesungguhnya bahwa kesuciannya itu hanyalah palsu belaka!
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 11:28 AM

Ramalan Jayabaya tentang menu makanan pedas

Ramalan Jayabaya tentang menu makanan pedas
mbah subowo.
Transportasi lawas masa lalu terbanyak ialah dengan tenaga kuda, memang kala itu di penjuru negeri Nusantara/ Jawa belum mimiliki infrastruktur  jalan umum apalagi di wilayah pelosok.
     Seiring berkembangnya jaman, kini kemajuan pembangunan infrastruktur berupa jalan raya begitu pesat, mulai dari gang sempit, jalan tol, jalan layang, jembatan, dan sebagainya telah dibangun dengan baik oleh Negara.
     Penggunaan tenaga kuda, sapi, dan keledai di awal peradaban manusia hingga abad ke enambelas masehi menjadi tidak praktis lagi. Apalagi sekitar awal abad kesembilan belas masehi sejak ditemukannya mesin uap, motor bakar, dan sebagainya. Alhasil kini tidak ada lagi gerobak kerbau, sapi, maupun kuda dipergunakan sebagai tenaga pengangkut hasil bumi di pedesaan di Jawa/Nusantara. Penggunaan kendaraan bermotor baik roda dua maupun lebih kini hampir menggantikan semua penggunaan tenaga hewan ternak di masa sebelumnya. Kecuali di wilayah ekstrim yang tertutup es abadi, lebih praktis menggunakan anjing sebagai hewan penarik beban.
     Gerobak dan sejenisnya kini ditarik dengan tenaga manusia a.l. gerobak pemulung, gerobak sampah, becak di Tiongkok, gerobak sayur, gerobak baso dan seterusnya. Prediksi mengenai penggunaan tenaga manusia yang justru menggantikan tenaga hewan (kuda) oleh nujum masyhur Nusantara yang hidup pada abad keduabelas masehi terdapat dalam satu bait syair ramalan:

Jaran mangan sambel (Jayabaya, 1100-an)

     Kelak di masa depan terdapat suatu jaman di mana penggunaan tenaga manusia lebih umum dan praktis daripada yang justru menggantikan tenaga kuda (masa itu).
     Dengan adanya kemajuan infrastruktur jalan hingga ke gang sempit memang dimungkinkan untuk menggerakkan segala macam gerobak yang bertujuan mengangkut berbagai hal terutama barang dagangan. Fakta yang ada di medan sempit semacam itu praktis sekali jika ditarik oleh tenaga manusia.
     Dalam prediksi "jaran mangan sambel" di atas tentu yang dimaksud adalah manusia sebagai satu-satunya makhluk hidup yang hobi sekali dengan makanan pedas-pedas. Apalagi sedang ngetrend saat ini berbagai pariwara yang muncul dalam tayangan layar kaca maupun media lainnya: mulai dari mie instan pedas hingga restoran cepat saji yang menawarkan menu pedas tertentu.
     Sekian untuk sekali ini.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 8:14 AM

Ramalan Jayabaya tentang kebohongan publik

Ramalan Jayabaya tentang kebohongan publik
Mbah subowo
Huru-hara dahsyat berupa perang saudara di Nusantara pertengahan 60-an yang menyisakan duka-nestapa yang terimbas puluhan tahun sesudahnya ternyata dipicu oleh kebohongan publik secara langsung, terstruktur, dan sistematis, baik melalui media massa, maupun dari ucapan langsung pejabat publik yang berkepentingan dengan hal di atas.
     Seorang Indonesianis asal negeri Paman Sam membantah kebohongan publik berdasarkan bukti otentik visum et repertum terhadap korban para jenderah TNI-AD yang diculik oleh pasukan Cakra tatkala itu: Bahwa para jenderal korban pembunuhan itu telah disiksa sebelum dan sesudah kematian mereka adalah tidak benar!! Itulah kebohongan publik terbesar dalam sejarah di Nusantara selanjutnya kemarahan massa mendorong perang saudara yang menelan korban berlipat kali korban perang Vietnam.
     Rekayasa untuk mengelabuhi massa sehingga massa percaya bahwa rekayasa itu benar disebut reifikasi, suatu cara memompakan informasi (contohnya iklan) secara berulang-ulang dan terus-menerus sehingga menjadikan itu sebuah kebenaran!
     Satu bait syair paranormal yang hidup delapan abad silam: Sri Aji Jayabaya telah memprediksi hal di atas:


Dhandhang diunekke kuntul (Jayabaya, 1100-an)
     
     Kelak di masa depan orang Jawa/Nusantara dengan alasan tertentu akan membalikkan fakta dan kebenaran sejati menjadi kebohongan umum: Ibaratnya gagak yang notabene sejenis burung pemakan bangkai yang yang berbulu hitam pekat, nyatanya demi tujuan tertentu untuk meraih keuntungan dikatakan sebagai burung bangau berbulu putih bersih.
      Jika yang mengatakan ketidakbenaran adalah penyelenggara Negara maupun orang yang menjadi figure publik: maka itulah kebohongan besar karena telah mempengaruhi orang banyak.
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 8:20 AM