Ramalan Jayabaya tentang moral-etika

Ramalan Jayabaya tentang moral-etika
mbah subowo
Di jaman modern serba daring ini moral dan etika daripada makhluk paling mulia di planet bumi sudah bertransformasi menyesuaikan jamannya. Yang tetap abadi sepanjang masa adalah kitab suci beserta ajaran yang terkandung di dalamnya.
     Pepatah mengatakan, “Jangan menilai orang dari tampilannya…” Memang pepatah tersebut tidak berlaku universal, akan tetapi bisa juga disejajarkan dengan pepatah lainnya, “Memasuki kandang harimau kita mengaum, memasuki kandang kambing kita mengembik….”
     Penampilan yang pantas memang disesuaikan dengan tujuan, waktu, situasi, kondisi yang tepat.
    Kembali pada judul di atas, salah satu contoh: banyak juga para ahli ilmu agama yang memang menguasai ilmu dalam bidangnya, selanjutnya mengajarkan keahlian berdasarkan bidang yang dikuasainya tersebut kepada generasi mendatang.
     Persoalan adakah ajaran kebaikan dalam agama yang diajarkan kepada muridnya itu  membuat sang guru menjadi ikut bertransformasi manusia suci atau tetap seperti sediakala, tentu saja tergantung dari filosofi, tujuan,dan takdir hidup bagi masing-masing individu.
     Berikut ini sekadar referensi mengenai hal di atas dalam satu bait syair ramalan paranormal Jawa dari abad keduabelas Masehi:

Njobone putih njerone dadu (Sri Aji Jayabaya, 1100-an)

Kelak di masa depan di jaman serba terbalik (wolak-walik ing jaman) banyak manusia berilmu tinggi dalam bidangnya masing-masing yang mengaku-aku serta memproklamirkan bahwa dirinya adalah manusia bermoral dan beretika dengan tujuan hidup suci …. ternyata pada prakteknya kebanyakan dari mereka tak kuat menahan godaan serta ujian duniawi, hingga terungkaplah kebenaran sesungguhnya bahwa kesuciannya itu hanyalah palsu belaka!
     Sekian untuk sekali ini.
*****



Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 11:28 AM