Papua anak kandung Ibu Pertiwi 18 tahun terlambat merdeka

Papua anak kandung Ibu Pertiwi 
18 tahun terlambat merdeka

Mbah subowo.
Hindia Belanda-Nederlandsch Indie mengoloni Nusantara 350 tahun, dan lebih lama lagi 18 tahun di Tanah Papua.
     Hindia Belanda berkukuh menguasai Papua karena waktu itu mau menyamakan diri dengan Portugis yang masih menguasai Timor Timur s.d. 1975.
     Janji-janji Nederland Raya a.l. melalui konferensi meja bundar untuk menyerahkan Tanah Papua ke pangkuan ibu pertiwi sejak 1950 tak kunjung direalisasikan.
     Sukarno yang tahu gelagat seperti apa itu orang-orang Belanda memutar otak dan otot, hingga akhirnya mengumpulkan peralatan militer dari negeri-negeri maju, a.l dari Sovyet Uni. Pesawat MiG, Kapal Perang, kendaraan Amfibi, senjata ringan dan berat. Akan tetapi minus kapal selam (kebetulan Hindia Belanda memilikinya 2 buah).
    Kampanye digelorakan secara diplomasi dan militer, baik terbuka maupun tertutup guna membuat hengkang Hindia Belanda yang masih bercokol di Papua berlangsung 1961-63 (Trikora). 
    Berkat Sukarno yang sangat PD (percaya diri) di kancah Internasional akhirnya Ibu Pertiwi bisa memeluk kembali anak kandungnya. Sukarno sukses gilang-gemilang di Papua, akan tetapi gagal di Kalimantan Utara (Dwikora) yang notabene mantan jajahan Britania Raya. Formalitas dan legalitas bergabungnya Papua dalam keluarga NKRI dilaksanakan oleh pengganti Sukarno, Soeharto pada 1969.
    Papua yang terlambat Merdeka 18 tahun inilah yang jadi pokok pangkal masalah hingga detik ini, antara lain alasan jadi pembeda dan untuk membedakan diri mereka dengan wilayah NKRI lainnya.
     Apa jadinya bila Sukarno tidak berkukuh merebut Tanah Papua secara diplomasi dan secara militer sampai-sampai membeli peralatan militer secara kontan maupun utang/hibah dengan angka lebih dari satu milyar dollar Amerika Serikat? 
    Ada berbagai kemungkinan a.l. Papua tetap di tangan Belanda hingga detik ini. Atau Papua menjadi negeri merdeka seperti jajahan Guyana Belanda/ Suriname yang terus-menerus terjadi kudeta militer silih berganti. Itu pun mungkin sangat terlambat sekali karena Suriname yang memiliki penduduk berbagai etnis a.l. India, Indian, Negro, Jawa baru merdeka 1975-an melalui berbagai jalan berlika-liku, melalui tuntutan atau lainnya terhadap negeri Induk Nederland.
     Faktanya saat ini Papua telah menjadi bagian NKRI. Anak kandung ibu pertiwi yang terlambat merdeka satu generasi ini (Papua) memang harus segera berakselerasi di segala bidang guna mengejar saudara-saudara lainnya. Dan akhirnya mampu bersama-sama melangkah di masa depan.
     Sekian untuk sekali ini.

*****
Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 5:40 PM