Kerajaan Majapahit tinggal sekepal, biarlah, asalkan benar-benar bersih

Kerajaan Majapahit tinggal sekepal, biarlah, asalkan benar-benar bersih!

mbah subowo bin sukaris

Menjelang masa keruntuhan kerajaan Majapahit pada awal abad kelimabelas (1400-an), kekuatan massa, "people power" telah membentuk semacam "komisi pemberantasan korupsi" yang memburu siapa saja yang terlibat korupsi.

    Tanpa kecuali, semua pejabat tinggi kerajaan terkuat di belahan bumi selatan itu diseret ke depan pengadilan. Dan palu hakim yang diangkat rakyat mengetok tanda putusan hukuman mati hampir setiap hari bergema dari gedung pengadilan Hyang Guru. Mereka yang merasa jiwanya terancam bergegas belayar ke negeri tetangga menyelamatkan diri dan sebagian harta-bendanya.  Hampir semua pejabat tinggi Majapahit telah menjadi korban pengadilan rakyat khusus mengadili para koruptor.
      Waktu itu tengah terjadi penghadapan dalam istana Majapahit, "Yang Mulia Maharatu, di luar sana rakyat di bawah pimpinan Bohgya terus menangkapi para pejabat Sri Maharatu sendiri," ujar  Menteri Dalam istana Majapahit, Anggraiya.
      Sri Maharatu Hyang Wisesa sejenak menatap wanita muda bertongkat emas itu dan tiba-tiba menetak, "Biarlah dua saudara Bohgya, Bahgya dan adiknya Parsini berbuat sesuka hatinya, tapi kami tidak akan tunduk pada mereka."
      Sang Maharatu merenung sejenak dan teringat Parsini yang pernah menjadi Smodraksa angkatan laut Majapahit, "Cadangan negara yang semakin ludes akibat perang paregreg tak mampu kami membangunkan angkatan laut yang kuat. Dan tanpa angkatan laut kecuali armada Jawa maka kami hanya menguasai perairan menuju daerah rempah."
     Kala itu satu demi satu wilayah Majapahit sudah melepaskan diri dari pusat kerajaan. Sri Maharatu menyadari tanpa Angkatan Laut pusat kerajaan tak berdaya menjaga semua wilayah yang begitu luas, Dompo, Halmahera, Punai, Brunai, Tumasik (Singapura), Malaka, dan seterusnya.
    Apalagi tatkala pasukan laut Tiongkok diam-diam mulai melebarkan pengaruhnya terhadap wilayah Majapahit yang jauh dari pusat kekuasaan. Pada suatu hari utusan Tiongkok menghadap Sri Maharatu di istana Majapahit, "Yang Mulia Sri Maharatu," ujar penghadap dari Tiongkok yang berasal dari satuan pasukan berpangkalan di Malaya.
      "Kami tahu Majapahit sedang kesulitan cadangan negara. Dan kami utusan dari kekaisaran menawarkan bantuan bagi Majapahit, Yang Mulia tinggal menyebutkan berapa pun jumlah yang dibutuhan oleh Sri Maharatu," ujar utusan itu sambil menyerahkan hadiah-hadiah seperti biasa dibawa para penghadap.
     "Tidak, terimakasih. Kami tidak peduli lagi bahwa wilayah jauh Majapahit satu demi satu telah melindungkan diri kepada pasukan laut Tiongkok. Majapahit yang sekarang kami jejaki saat ini akan kami pertahankan sampai tinggal sekepal asalkan benar-benar bersih!" Sri Maharatu Hyang Wisesa selanjutnya bergegas meninggalkan utusan Tiongkok itu setelah memberikan tanda isyarat bahwa penghadapan sudah berakhir.

*****
Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 4:11 PM