Misteri Gerakan 30 September 1965


Misteri Gerakan 30 September 1965

by Subowo bin sukaris


Tokoh yang mantan ketua PWI pusat semasa OrLa, sebut saja Rawit, menganggap dirinya selamat dari holocaust pembantaian massal yang menelan 3 juta jiwa. "Itu kata petinggi militer yang terjun langsung dan terlibat menumpas orang komunis, lho," katanya. 
      Rawit yang semasa berada dalam tahanan OrBa satu sel tahanan bersama salah seorang pimpinan sayap militer G30S (seorang perwira menengah) juga menuturkan kesaksian dari sahabatnya itu, "Empat hari sebelum 30 Sepetember dan 4 jam sebelum peristiwa penculikan tujuh perwira tinggi AD, beliau telah melaporkan peristiwa itu kepada seorang yang kelak menyandang predikat jenderal besar berbintang lima sekaligus memimpin republik ini di masa selanjutnya."
      Rawit juga menuturkan kesaksian mantan kepala pusat intelijen OrLa sebagai berikut, "Pada 2 Oktober 1965, sang jenderal besar bintang lima itu datang ke istana Bogor, di sana menjumpai Bung Karno. Ia meminta surat tugas untuk memulihkan ketertiban dan keamanan di negara Republik ini."  ujar Rawit yang pada akhirnya meninggal terkena stroke berat menjelang tiba ajalnya sekitar 2008 itu.
      "Surat yang dikeluarkan Bung Karno tertanggal 2 Oktober itu tidak pernah diakui dalam sejarah OrBa," ujar Rawit tujuh tahun sebelum ia meninggal, semasa hidupnya ia tidak pernah mendapatkan pensiun satu sen pun dari pemerintah OrBa atas jabatan dan kedudukannya semasa Bung Karno berkuasa. Semua itu hangus, seperti jutaan pegawai negeri OrLa lainnya.
      "Pada 2 Oktober itu sang jenderal bintang lima juga mengatakan bahwa Bung Karno harus tetap tinggal di istana Bogor, alias sejak itu menjadi tahanan sang jenderal."
      Rawit yang menuduh terang-terangan sang bintang lima berdiri di dua tempat, dewan jenderal dan kelompok g30s, dalam makalahnya itu selanjutnya mengutip satu makalah lain dari pimpinan sayap militer g30s mengenai kegiatan jenderal bintang lima tersebut, "Dua kelompok pasukan militer yang bersenjata lengkap untuk pertempuran selama sepuluh hari didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Itu juga dilakukan oleh jenderal bintang lima dengan perintah melalui radiogram. Dua kelompok pasukan ini oleh sebut saja Bejo, pimpinan sayap militer g30S diakui sebagai bagian dari rencana operasi militer g30s. Di sini ada kaitan antara pimpinan kelompok sayap militer g30s dengan sang jenderal bintang lima. Apalagi berdasarkan fakta di lapangan sekitar 1 Oktober 1965 itu, pada akhirnya kedua pasukan dari Jawa tersebut yang kelaparan memang meminta logistik makanan ke markas sang jenderal yang tidak begitu jauh dari posisi mereka."
      "Pakar sejarah OrBa memang menyebutkan bahwa g30s dikalahkan oleh sang jenderal bintang lima," ujar Rawit dalam sebuah makalahnya, "akan tetapi yang menghancurkan dan mengalahkan pasukan g30s adalah perintah Bung Karno pada 1 Oktober yang memerintahkan gencatan senjata dan penghentian segala serangan dari kedua belah pihak. Yang dimaksud ialah kelompok g30s dan kelompok sang jenderal bintang lima. Inilah yang sebenarnya yakni Bung Karno yang menghancurkan g30s, seharusnya ia yang menjadi pahwalan sebagai negarawan besar!"
      Sejak 1 Oktober 1965 itu kelompok g30s memang hancur, ini sesuai dengan makalah yang ditinggalkan oleh perwira tinggi Bejo. Bejo sendiri dalam makalahnya itu berusaha memajukan usul kepada pimpinan tertinggi g30s yang terdiri dari Aidit, Syam, dan Untung, agar dirinya diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin tertinggi gerakan dan mengendalikan gerakan g30s. Sayang sekali usulnya diabaikan, atau tidak diberikan keputusan apapun. Bejo yakin kelompok g30s masih bisa diselamatkan pada waktu yang tepat. Kekuatannya cukup besar (dari AU dan AL) untuk menghadapi lawan-lawannya (AD) waktu itu. Yang dibutuhkan, menurut Bejo, adalah memanaje kekuatan yang ada dan dimiliki oleh kelompok g30s yang pada awalnya memang leading dan meraih kemenangan gemilang di hari pertama gerakan operasi militer dilakukan.

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 9:18 AM