Petilasan Sri Aji Joyoboyo dan Bung Karno


Petilasan Sri Aji Joyoboyo dan Bung Karno

by mbah Subowo bin Sukaris

Sri Aji Joyoboyo mengundurkan diri dari dunia ramai lebih memilih tepi sebelah timur sungai Brantas. Tepatnya di desa Pamenang, kabupaten Kediri. Desa yang kontur geografisnya berupa dataran rendah ini dapat dicapai melalui jembatan Njongbiru yang berada tak jauh dari pabrik gula Mrican. Jembatan Njongbiru yang hanya dilalui roda dua ini merupakan jalur penyeberangan sungai brantas dengan rentang lebar sungai tidak ada separoh dibanding jembatan utama di pusat kota Kediri. Di masa silam berabad-abad yang lalu jembatan penyeberangan itu tidak ada, kecuali perahu penyeberangan. Maka perkawinan antarpenduduk yang berasal dari dua tepian sungai brantas yakni sebelah barat dan timur jarang sekali terjadi di masa kuno. Kalau toh di masa kuno sesekali terjadi perkawinan antar tepi sungai Brantas, maka sang pengantin lelaki akan membawa seekor bebek sebagai salah satu seserahan kepada mempelainya. Bebek melambangkan kendaraan yang bisa dipergunakan untuk menyeberangi sebuah sungai.
      Lokasi petilasan raja Kediri yang berasal dari abad keduabelas masehi (1100-an) yang di dalamnya terdapat situs pamuksan Sri Aji Joyoboyo itu kurang lebih tigaratus meter persegi. Lingkungan yang cukup bersih, teduh oleh pohon rindang, dan ditunggui oleh beberapa wanita tua yang telah bertahun-tahun "nepi" di tempat itu, dalam rangka "nepi itu mereka tidak berkata-kata apapun di antara sesamanya. Tiap tamu yang akan berkunjung ke wilayah inti pamuksan akan dipersilakan melepaskan alas kakinya, seperti layaknya hendak memasuki wilayah tempat peribadatan. Walaupun demikian bagi penduduk sekitar pamuksan Joyoboyo itu, maka situs pamuksan Joyoboyo tidak lebih dari sebuah obyek wisata. Siapapun boleh mengunjunginya tanpa halangan. Juga para penduduk menyarankan agar para pendatang lebih dulu mengunjungi obyek wisata lainnya terlebih dulu, yakni sendang Tirtakamandanu di sebelah utara lokasi Pamuksan Joyoboyo. Jarak yang cukup lumayan kurang lebih satu kilometer antara dua obyek situs itu. Sebenarnya di belakang persis situs Pamuksan Joyoboyo itu terdapat sebuah sumur yang bisa dipergunakan untuk membersihkan diri. Sumur yang berjarak hanya seratus meter itu berada di lingkungan rumah penduduk. Memang bukan sumur biasa, dan ada sebuah nama aneh yang diberikan pada sumber air itu.
      Bagi para calon petinggi politik di Nusantara yang hendak menggayuh niatnya agar kelak mencapai sukses menurut kepercayaan masa silam harus mengunjungi pamuksan Sri Aji Joyoboyo, dan kini ditambah satu situs lagi yang perlu dikunjungi tepatnya sejak era kemerdekaan RI yakni sejak wafatnya Bung Karno yang dikebumikan di Bilitar. Situs makam Bung Karno dan situs Pamuksan Joyoboyo sama-sama berada di tepi sebelah Timur sungai Brantas. Situs makam Bung Karno berada di Selatan dari situs Pamuksan Joyoboyo dan hanya berjarak kurang lebih empat puluh kilometer.
      Mengapa kedua tempat itu "perlu" disowani oleh para calon politikus di negeri ini? Keduanya adalah pemimpin Nusantara di masa silam maupun di masa modern yang tetap lestari kebesarannya sebagai seorang negarawan agung. Dan satu lagi alasan karena sebagai salah satu kriteria dalam menjaga "wawasan" Nusantara dengan cara menilai pandangan politik seseorang ternyata gampang saja, "Bagaimana pandangan mereka terhadap Joyoboyo dan juga pandangan politik mereka terhadap Bung Karno...."

*****

Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 11:15 AM