Ramalan Jayabaya tentang pilkada serentak

Ramalan Jayabaya tentang pilkada serentak

mbah subowo bin sukaris

Sepertinya sudah diketahui oleh umum bahwa beberapa bupati dan walikota dari berbagai daerah telah dicokok oleh KPK karena terlibat perkara korupsi. Bukankah mereka itu yang selama ini adalah produk pilkada tidak serentak? Apa yang kelak bakal terjadi jika telah berlangsung pilkada serentak? 

    Saat ini (Agustus 2015) menjelang berlangsungnya pilkada serentak terjadi polemik mengenai calon tunggal yang mendaftar sebagai kepala daerah tingkat dua itu. 
      Sebagai referensi kecil, seorang sarjana dan guru besar bangsa Belanda semasa kolonial yang mengadakan riset soal "republik desa"  dalam disertasinya yang telah menjadi buku. Di desa di pulau Jawa khususnya merupakan hal lazim bahwa seorang calon tunggal seorang kepala desa dalam suatu pemilihan, maka dalam hal ini sebagai lawannya ia harus menghadapi "bumbung kosong", dan jika sang calon ini ternyata kalah, maka pemilihan itu dilanjutkan dengan calon baru lainnya guna mengalahkan si "bumbung kosong" yang itu juga! 
      Begitulah seterusnya sampai seseorang akan berhasil mengalahkan si "bambu kosong" itu, dan muncul sebagai pemenang yang sah.
      Dalam setiap pemilihan kepala desa di Jawa, sudah bukan rahasia lagi akan memberi peluang berpesta-pora bagi para "botoh" alias petaruh yang tentu saja berpengaruh bagi hasil akhir siapa si pemenang. Seorang "botoh" akan berbuat apa saja termasuk bagi-bagi sejumlah dana untuk diberikan secara cuma-cuma bagi para pemilih yang mau mendukung "jagonya".
      Pilkada serentak memang bertujuan menghemat sejumlah dana tatkala terselenggaranya pemilihan kepala daerah, daripada pilkada tidak serentak yang lebih besar jumlah dana yang dibutuhkan untuk itu. Penghematan itu memang penting, dan lebih penting lagi mungkin juga bisa memunculkan tokoh pemimpin yang bijak, akan tetapi juga bisa sebaliknya yang terjadi, yakni munculnya pemimpin yang kurang bijak, sebagaimana diramalkan oleh Sri Aji Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri yang hidup pada abad keduabelas masehi dalam bait syairnya sbb.: 

Ana Bupati saka wong sing asor imane
Patihe kepala judhi

   Ada bupati/walikota di Nusantara ini ternyata orang itu rendah budi/imannya
    Wakilnya ternyata seorang benggol judi/senang berbuat kejahatan

*****
Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 8:28 PM