Divination Ronggowarsito "Satrio Piningit Hamong Tuwuh"

Divination Ronggowarsito "Satrio Piningit Hamong Tuwuh"

mbah sghriwo

Republican leaders Nusantara fifth "Satrio Piningit Hamong Tuwuh" as predicted by the Javanese poet R. Ng. Ronggowarsito who lived in the early eighteenth century that is a leader who has the charisma of his descendants is the fifth president of Indonesia Hajjah Megawati Sukarnoputri (2001-2004). By itself among seven satrio Piningit who led the archipelago, two of which consisting of father and daughter. Bung Karno was the father of a first Satrio Piningit "Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro". The long journey remarkable trail Megawati occurred on July 27, 1996. Suharto, who is not willing to socio-political forces reduced the slightest attempt to muzzle an animal bearing the Party's tactics make it with twin counter-party. And counter-party supported the New Order was recognized by the Suharto regime and also does not recognize a party that very clear indeed original. So instead of growing public sympathy receding on the party's nationalist-based but rather continue to soar until Megawati actually occupying the seat of power in the Republic of Indonesia number one.
       The party bearing the animal is indeed supported by the little people, or the underprivileged, especially in Java. Even in the general election post-Soeharto stepped down, everywhere on the edge of the road began Anyer to Banyuwangi Mega Party was set up shelters. All of that reflects how people want a new change to replace than the power of Suharto's New Order. At that time political experts had predicted, "Megawati sleep she would become President ...!"
      In fact the flare to the chair number one is that Gus Dur, while Megawati became vice president. But the history of the later changes and other wills. Mega promoted to replace Gus Dur who was ousted by force by members of the legislature and Gentlemen, previously called by Gus Dur tantrum every time commenting on members of the council, "the House is like a kindergartner only!"
      It was said before Mega seat number one in this Republic he met representatives of a superpower somewhere near the border of the Republic of Indonesia and agreed to promise not to mention the name of the Bung Karno if she later became president of Indonesia. Of course in exchange for Mega government will be supported by the West.
      In 2001 the U.S. State Department released a confidential document is the work of the CIA during the years 1964-1966, as is the tradition prevailing in there then a document will be stored for twenty-five years since the event occurred and then be published for public consumption. Surprisingly official documents via the official website of the United States government that briefly circulated in cyberspace was later withdrawn. Similarly, the official print and circulate withdrawn. Apparently the United States does not want to happen no interruption of bilateral relations between Indonesia and the U.S., to publish documents in the overthrow of Sukarno's children Sukarno, Megawati, occupying the presidency.
      As a result document can be circulated a few months later in Indonesia and the Bahasa Indonesia version. As per his promise during his reign Megawati did not once mention the discipline of rehabilitation Sukarno established by the New Order in the Tap MPRS 1967. It is said that Megawati Soekarno's biological child but Megawati the child rather than ideological Soekarno. Child's true ideological Sukarno found on one of the other children Bung Karno, he had several children from different wives. Child Bung Karno ideological spread across the country and abroad countless. The Sukarnoist Soekarno defended it better with their own way. Those who strive to uphold Soekarnoism Sukarno's ideological children. From the outside of their country, the Soekarnois it never stopped pounding the New Order and is the main hotbed of Suharto. Soeharto who make those overseas to be Stateless, loss of Indonesian citizenship, because they do not want to support New Order, and remained loyal to the Bung Karno who send them abroad to school, becomes ambassador, became a world-class organizer, or simply study appeal. The many talented young Indonesian sent by the party or government to the Soviet Union to study free full college degree.
      Since the fall of Soeharto, Megawati also held an open house sort of, and anybody could come to his house on the road Kebagusan, if lucky will see first hand the leader of "little people", while enjoying a glass of cold drinks are served.
     Satrio Piningit Hamong Tuwuh it does have charisma derived Bung Karno, either directly or indirectly. Little people support him because he is the biological child of Sukarno, not because of anything else. Deep in the period before the ascent to the peak power Soekarnois supposedly concerned with the absolute position of Megawati as a figure synonymous with the party's main strength bearing animals was also preparing for her successor, what if he suddenly something happens, it is reasonable Soekarnois concerns, they say, " Megawati was felt she could live another thousand years ....!"
      The situation changed since the Mega actually become president, he has now set his crown princess.
      In contrast to the replacement Mega, Susilo Bambang Yudhoyono, on various occasions occasionally still called Bung Karno and his teachings, especially regarding the Trisakti Bung Karno. For SBY teachings of Bung Karno's not a fossilized are outdated. Precisely Bung Karno's teachings will remain current throughout the period during the Republic was still standing upright. Bung Karno all thinking exactly perfect, but some or most Soekarnois say so, "Teachings of the Bung Karno Nasakom (Nationalist, Religious, Communist) ... very awesome ... unfortunately, yes, there really was Kom ... . "
       It is said that to assess the weight of a politician in the archipelago in the quality or any other measure it with a "probe": "What about the political views of those concerned in assessing the Bung Karno," and he would then put in one of Nas, A, or Kom.
     As a stone wedge for Megawati for the presidency comes from the religious pretext, "A woman should not be the caliph, or leader of the country and lead men and women, if one of the men were still able to advance as leaders."
      And the other is a wedge that was once the president Megawati was not possible in one day in the future will become a vice president. Bung Karno's charisma that radiates in Satrio Piningit Hamong Tuwuh this is really a figure who can unite the party which is expected to change the fate of small people who have been unable to participate and enjoy the nectar of a country.
****

Ramalan Ronggowarsito "Satrio Piningit Hamong Tuwuh"



Pemimpin Republik Nusantara kelima "Satrio Piningit Hamong Tuwuh" sebagaimana yang diramalkan oleh pujangga Jawa R. Ng. Ronggowarsito yang hidup pada awal abad kedelapan belas yakni seorang pemimpin yang memiliki kharisma dari keturunannya ialah Presiden kelima RI Hajjah Megawati Soekarnoputri (2001-2004). Dengan sendirinya di antara tujuh satrio piningit yang memimpin Nusantara, dua di antaranya terdiri dari bapak dan anak. Sang Bapak ialah Bung Karno seorang Satrio Piningit pertama "Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro". Perjalanan panjang jejak luar biasa Megawati terjadi pada 27 Juli 1996. Soeharto yang tidak rela kekuatan sosial-politiknya berkurang sedikitpun berusaha memberangus sebuah Partai berlambang hewan itu dengan taktik membikin partai kembar tandingan. Dan partai tandingan yang didukung Orde Baru itulah yang diakui oleh rejim Soeharto dan juga tidak mengakui partai yang sangat jelas memang aslinya. Maka simpati rakyat bukan bertambah surut terhadap partai berbasis nasionalis itu melainkan terus melambung hingga akhirnya Megawati benar-benar menduduki kursi kekuasaan nomor satu di Republik Indonesia.
     Partai berlambang hewan ini memang didukung oleh rakyat kecil, atau wong cilik terutama di pulau Jawa. Bahkan pada pemilihan umum paska Soeharto lengser, di mana-mana di tepi jalan mulai Anyer hingga Banyuwangi didirikan posko Partai Mega. Semua itu mencerminkan betapa rakyat menginginkan perubahan baru menggantikan daripada kekuasaan Orde Baru Soeharto. Pada waktu itu para pakar politik sudah meramalkan, "Megawati tidur pun ia akan menjadi Presiden...!"
     Pada kenyataannya yang marak ke kursi nomor satu ialah Gus Dur, sedangkan Mega menjadi wakil presiden. Akan tetapi sejarah kemudian berubah dan berkehendak lain. Mega naik jabatan menggantikan Gus Dur yang dilengserkan secara paksa oleh anggota dewan perwakilan rakyat yang terhormat, yang sebelumnya disebut oleh Gus Dur tiap kali mengomentari ulah anggota dewan tersebut, "DPR itu kayak anak TK aja!"
     Konon sebelum Mega menduduki kursi nomor satu di Republik ini ia bertemu dengan seorang wakil dari negara adidaya di salah negara jiran terdekat  dan menyatakan kesediaan tidak akan merehabilitasi nama Presiden Soekarno jika kelak ia menjadi presiden RI. Tentu jika syarat tersebut dipenuhi akan ada jaminan pemerintahan Mega mendapat dukungan penuh dari negara adidaya. “Kalau Mega tidak mau (merehabilitasi Presiden Soekarno -ed), biarlah rakyat pilih Pre­siden yang mampu dan bera­ni merealisir seruan saya ini,”  uneg-uneg terakhir anak angkat Bung Karno, pejuang AMH pada 29 Februari 2004 dua hari sebelum wafat.
      Pada 2001 Departemen Luar Negeri Amerika Serikat merilis dokumen rahasia yang adalah hasil kerja CIA selama tahun 1964-1966, sebagaimana tradisi yang berlaku di sana maka sebuah dokumen akan disimpan selama duapuluh lima tahun sejak peristiwa terjadi dan selanjutnya akan diterbitkan untuk konsumsi publik. Anehnya dokumen resmi melalui situs resmi pemerintah Amerika Serikat yang sebentar beredar di dunia maya itu kemudian ditarik kembali. Demikian pula cetakannya yang resmi dan beredar ditarik kembali. Rupanya Amerika Serikat tidak ingin terjadi ada gangguan hubungan bilateral antara Indonesia dan AS, dengan mempublikasikan dokumen penggulingan Soekarno itu di masa anak Soekarno, Megawati, tengah menduduki kursi kepresidenan.
     Walhasil Dokumen itu beberapa bulan kemudian dapat beredar di Indonesia dan dalam versi Bahasa Indonesia. Sesuai janjinya Megawati selama masa pemerintahannya memang disiplin tidak pernah sekalipun menyebut rehabilitasi Soekarno yang ditetapkan oleh Orde Baru dalam Tap MPRS 1967. Konon Megawati memang anak biologis Soekarno akan tetapi Megawati bukan anak ideologis Soekarno. Anak ideologis Soekarno sejati memang terdapat pada salah satu anak Bung Karno yang lain, beliau memiliki beberapa anak dari istri yang berbeda. Anak ideologis Bung Karno tersebar di dalam negeri dan di luar negeri tak terhitung jumlahnya. Para Sukarnois itu lebih membela Soekarno dengan cara mereka masing-masing. Mereka yang berjuang menegakkan Soekarnoism itulah anak ideologis Soekarno. Dari luar negeri mereka, para Soekarnois itu tidak henti-hentinya menggempur Orde Baru dan sasaran tembak utamanya ialah Soeharto. Soeharto lah yang membikin mereka yang di luar negeri menjadi Stateless, kehilangan kewarganegaraan Indonesia, karena tidak mau mendukung Orde Baru, dan tetap setia pada Bung Karno yang mengirim mereka ke luar negeri untuk sekolah, menjadi dubes, menjadi organisator kelas dunia, atau yang sekadar studi banding. Kaum muda Indonesia yang berbakat banyak yang dikirim oleh partai atau pemerintah ke Uni Sovyet belajar gratisan hingga gelar sarjana penuh.
     Sejak lengsernya Soeharto, Megawati juga mengadakan acara semacam Open house, dan siapapun boleh datang ke rumahnya di jalan Kebagusan, jika beruntung akan melihat langsung sang Pemimpin "wong cilik", sembari menikmati segelas minuman dingin yang disuguhkan.
      Satrio Piningit Hamong Tuwuh itu memang memiliki kharisma yang diturunkan Bung Karno, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rakyat kecil mendukungnya karena ia anak biologis Soekarno, bukan karena hal lain. Jauh di masa sebelum naik ke tangga puncak kekuasaan konon para Soekarnois khawatir dengan kedudukan mutlak Megawati sebagai tokoh yang identik dengan kekuatan utama partai berlambang hewan tak juga mempersiapkan calon penggantinya, bagaimana seandainya ia mendadak terjadi sesuatu, kekhawatiran Soekarnois itu memang beralasan, mereka mengatakan, "Megawati itu merasa bisa hidup seribu tahun lagi....!"
     Situasinya berubah sejak Mega benar-benar menjadi presiden, ia pun kini telah menyiapkan putri mahkotanya.
     Berbeda dengan pengganti Mega yakni Susilo Bambang Yudhoyono, dalam berbagai kesempatan sesekali masih menyebut Bung Karno dan ajarannya terutama mengenai Trisakti Bung Karno. Bagi SBY ajaran Bung Karno bukan telah menjadi fosil yang ketinggalan jaman. Justru ajaran Bung Karno itu akan tetap aktual sepanjang jaman selama Republik ini masih tetap berdiri tegak. Semua pemikiran Bung Karno sebenarnya sempurna, akan tetapi beberapa atau kebanyakan Soekarnois mengatakan demikian, "Ajaran Bung Karno mengenai Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) ... sangat luarbiasa ... sayang sekali, ya, kok ada Kom-nya...."
    Konon untuk menilai bobot seorang politikus di Nusantara dalam kwalitas atau ukuran lainnya itu dengan "menyelidiki": "Bagaimana pandangan politik orang yang bersangkutan dalam menilai Bung Karno," dan selanjutnya ia dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara Nas, A, atau Kom.
     Sebagai batu ganjalan bagi Megawati untuk menduduki kursi kepresidenan datang dari kaum agama dengan dalih, "Seorang perempuan tidak boleh menjadi khalifah atau pemimpin negeri dan memimpin kaum laki-laki dan kaum perempuan, jika salah seorang laki-laki dari kaum itu masih sanggup maju sebagai pimpinan."
      Dan ganjalan lainnya ialah Megawati yang pernah menjadi presiden itu tidak mungkin pada suatu hari di masa depan mau menjadi seorang wakil presiden. Kharisma Bung Karno yang terpancar pada Satrio Piningit Hamong Tuwuh ini memang benar-benar seorang figur yang dapat mempersatukan partainya yang diharapkan dapat mengubah nasib orang kecil yang selama ini tidak dapat ikut serta menikmati madunya sebuah negara.

****

related post 
 
Subowo bin Sukaris
HASTA MITRA Updated at: 3:45 PM